Tangkal Kawung Kasilih : Terlupakan Atau Dilupakan ?


Tangkal Kawung = Pohon Aren
Kasilih = tergantikan atau kalah
Urang Sunda sering unkapkan kalimat,
” Jati kasilih ku Junti “
Jati = Pohon Jati
Junti = Pohon sejenis/mirip Jati ( palsu )
Hari ini saya berani mengatakan,
” Kawung kasilih ku Sawit “
Kawung atau Aren merupakan tumbuhan/pohon endemik khususnya di Bumi Tatar Sunda. Sampai sa’at ini pun masyarakat masih bisa meni’mati ‘ buah kawung ‘ yang sering disebut cangkaleng, kolang kaling. Sebagai bahan dasar utama pembuatan penganan kolek/kolak.
Penganan kolak yang sangat identik dengan Bulan Suci Romadhon.
Setiap masuk bulan Romadhon, maka pasti harus dan ‘ wajib ‘ ada kolek/kolak.
Nasib ‘ tangkal kawung ‘ sungguh ironis dan mengenaskan, karena sejak kelahirannya/pertumbuhannya sudah dianggap oleh para petani sa’at ini ( entah sejak kapan bermula ) sebagai pohon/tanaman pengganggu, khususnya sayur mayur. Akibatnya begitu tumbuh sedikit besar langsung mereka babat/tebang habis.
Tidak cukup derita kawung, setelah tumbuh dewasa pun segera para petani tebang untuk diambil bagian dalam batang kawung untuk bahan tepung kawung atau aci kawung sama dengan sagu. Jadi bahan penganan juga.
Sempurna lah proses percepatan kepunahan tangkal kawung menuju dongeng ke’arifan Nusantara berjudul :
” Dahulu Kala ada Pohon Ajaib di Tatar Sunda Nusantara bernama Kawung “
Kawung adalah pohon humanis yang begitu sangat akrab dan dekat sekali dengan kehidupan manusia Sunda.
Hampir seluruh proses hidup Urang Sunda tidak bisa lepas dari tangkal kawung.
Mulai menikah, maka ada satu prosesi adat berupa ( bernama ) ‘ nincak harupat ‘,
harupat adalah lidi yang berasal dari daun kawung berwarna hitam pekat. Kondisi kering sangat mudah patah ( regas ). Simbolisasi dari sifat manusia yang ‘ getas harupateun ‘ yaitu gampang bertindak tanpa perhitungan, serampangan dan asal ( gurung gusuh, rusuh ).
Begitu buat rumah ( panggung ) pun pasti batang kawung jadi bahan utama untuk tiang dan pilar rumah. Simpul dan sambungan antar bagian rangka rumah menggunakan tali pengikat dari tangkal kawung yaitu tali injuk/ijuk. Tali alamiah berwarna hitam pekat dan berduri ( kena kulit sakit ). Harus seorang ahli yang gunakan tali ini.
Atap rumah terbuat dari daun – daun tangkal kawung yang dientep/disusun rapih.
Pintu dan palang pintu ( tulak panto ) terbuat dari batang kawung yang sangat keras, karena berserat.
Makan pun tak lepas dari tangkal kawung berupa ‘ jubleg ‘ media tempat menumbuk padi kering ( gabah ) jadi beras. Pake ‘ halu ‘ sebagai alat penumbuk padi terbuat dari tangkal kawung.
Cukupkah sampai di sini ?
Tidak,
Tangkal Kawung memberi sumber hidup, kehidupan dan penghidupan.
Tangkal Kawung sangat bermanfa’at sebagai penyimpan dan penyerap air, sehingga dimana banyak tangkal kawung hidup dipastikan banyak sumber air di sekitarnya.
Kehidupan Urang Sunda sejak nikah dan lahir tidak bisa lepas dari tangkal kawung. Rumah, alat – alat dapur, mebeler sampai alat mainan anak berbasis tangkal kawung.
Puncak peng- abdi -an tertinggi tangkal kawung selain jadi sumber penyimpan air adalah jadi sumber pangan dan penghasilan hidup Urang Sunda.

Air Tangkal Buah Kawung disebutGula Semut ” Brown Sugar ” ! lahang merupakan air minum alami yang sangat lezat dan jadi bahan dasar pembuatan gula kawung, gula aren, yang sangat terkenal lezat beraroma khas.
Alamiah, organik dan sangat sehat bermanfa’at bagi tubuh.
Sa’at ini berkembang jadi brown sugar masuk hotel dan restaurant.
Pohon/batang kawung jadi bahan bangunan runah, daun jadi bahan pembungkus tembakau/roko ‘ daun kawung ‘ dan juga jadi bungkus makanan, bagian daun kawung jadi lidi, sabut jadi bahan tali dan tentu saja buah kawung jadi bahan dasar ‘ cankaleng ‘ alias kolang kaling.
Ada satu hak lagi yang sangat jarang mengemuka yaitu
ketika negara dalam kondisi perang dan genting serta sangat sulit dapat sumber pangan.
Tangkal/pohon Kawung ternyata jadi alat pertahanan dan perlindungan terbaik sa’at perang senjata, bentrok dan baku tembak terjadi. Tangkal kawung begitu efektif melindungi dan menghalangi pandangan mata musuh dan serangan musuh.
Pun dalam kondisi kritis tidak ada makanan apapun, maka bagian dalam pohon/batang kawung jadi sumber karbohidrat alami dan sehat.
So, para pejuang bisa dan mampu bertahan hidup, embargo pangan sekalipun menerpa.
Semoga bangsa Indonesia wabil khusus pemerintah pusat dan daerah cepat sadar dan taubat sejati untuk kembali ngamumule tangkal kawung,
jadikan pembibitan pohon Kawung sebagai program wajib negara mulai tahun 2022 ini.
Supaya tepat 100 tahun usia NKRI pada tahun 2045,
bangsa dan negara Indonesia memiliki minimal 300 juta pohon Kawung/Aren supaya seluruh bantaran dan Daerah Aliran Sungai se Indonesia jadi hamparan perkebunan Kawung/Aren.
Perkebunan Kawung/Aren gantikan Sawit !
” Sawit kasilih ku Kawung ! “
So, bangsa Indonesia jadi produsen The Indonesian Brown Sugar pemasok gula aren/kawung dunia.
Semoga,
Aamiiin !
Tambahan Info :

13 Manfaat Kolang-Kaling dan Kandungan Nutrisinya
Kandungan Nutrisi memiliki kandungan air yang cukup tinggi, hingga 93%, protein 0,69 gram dan karbohidrat 4 gram.
Buah Kolang – kaling kaya akan kalium, zat besi, kalsium, vitamin A, vitamin B, vitamin C dan juga gelatin.
- Melancarkan pencernaan
kolang-kaling menjadi solusinya dipercaya dapat melancarkan pencernaan dan mencegah sembelit mengandung serat yang cukup tinggi sehingga bisa mengatasi masalah sulitnya buang air besar. - Menyehatkan tulang
dan mencegah osteoporosis. - Menurunkan berat badan
- Menyehatkan jantung
- Mencegah anemia
- Mencegah dehidrasi
- Menjaga metabolisme tubuh
- Meremajakan kulit
Kandungan kolagen buat tampak awet muda. - Kaya akan kalsium
sangat baik untuk mencegah terjadinya masalah kesehatan tulang, gigi dan persendian tubuh yang tidak dapat berfungsi semestinya. - Kaya akan kandungan serat
- Sebagai obat radang sendi
Kolang kaling memiliki kandungan zat galactomanan dapat mengatasi penyakit radang sendi. - Baik untuk diabetes
- Kaya vitamin dan kandungan gizi lainnya
kolang-kaling memenuhi kebutuhan vitamin harian tubuh, seperti vitamin A, vitamin B dan vitamin K. Kolang-kaling juga mengandung mineral, serat, karbohidrat, protein, kalsium, fosfor, dan zat besi.
[ Dari berbagai sumber ]
Bandung, Jum’at, 24 Juni 2022
Muhammad Zaki Mubarrok
Citizen Journalism Interdependen
cjiinterd.com
#TangkalKawungGantikanSawit!
#SawitKasilihkuKawung
No Responses