banner 728x90

Tragedi Kepemilikan Bersama : Cerita Kolam Ikan dan Empat Warga Desa

Tragedi Kepemilikan Bersama : Cerita Kolam Ikan dan Empat Warga Desa

Saya akan bercerita, mari kita bayangkan ada sebuah eksperimen kecil. Ceritanya anda tinggal di suatu desa kecil dan bergantung pada satu kolam ikan lokal/balong untuk mendapatkan makanan (ikan). Anda berbagi kolam itu dan segala isinya dengan tiga orang lain.

Pertama-tama, kolam tersebut dipenuhi oleh 12 ikan, mereka bereproduksi. Untuk setiap dua ikan, akan ada satu bayi ikan terlahir setiap malam.
Jadi, untuk memaksimalkan ketersediaan pangan anda, berapa banyak ikan yang bisa anda ambil setiap harinya ?

Mari kita renungkan pertanyaan ini sejenak.

Kita asumsikan bayi ikan/ikan kecil akan langsung tumbuh menjadi dewasa, hari pertama kolam ini terisi oleh 12 ikan dan mengabaikan faktor jenis kelamin ikan yang anda tangkap.

Jawabannya :
… Satu ikan/hari.

Dan ini bukan hanya untuk anda. Jalan terbaik untuk memaksimalkan suplai makanan (ikan) terhadap setiap orang yang bergantung kepada kolam tersebut (4 orang) adalah setiap orang hanya bisa menangkap satu ikan/hari.

Begini cara menghitungnya. Jika setiap orang mengambil satu ikan dari 12 ikan di hari pertama, maka ada 8 ikan tersisa.
Setiap pasang ikan, akan menghasilkan satu ikan kecil dan besoknya, kolam akan kembali dipenuhi oleh 12 ikan.

Jika setiap orang mengambil ikan lebih dari satu dalam satu hari, maka jumlah pasangan ikan yang tersedia akan menurun. Alhasil, jumlah ikan tidak akan kembali seperti semula (12 ikan).
Seiring berjalannya waktu, maka semua ikan di kolam tersebut akan menghilang (habis), meninggalkan 4 orang yang bergantung kepada kolam tersebut menjadi kelaparan.

Cerita kolam ikan dan empat warga desa ini merupakan salah satu contoh dari masalah klasik yang disebut
“ Tragedi Kepemilikan Bersama. ”
Fenomena ini pertama kali dijelaskan dalam sebuah pamflet yang dibuat oleh seorang ahli ekonomi, William Forster Lloyd pada tahun 1883. Pamflet tersebut menjelaskan tentang terlalu banyaknya peternakan sapi di desa.

[ Kepemilikan Bersama istilah sekarang Kepemilikan Komunal ]

100 tahun setelahnya, seorang ahli ekologi, Garret Hardin menghidupkan kembali konsep ini untuk menggambarkan apa yang terjadi ketika banyak orang secara bersama-sama berbagi sumber yang terbatas jumlahnya, seperti lahan beternak, tempat memancing, tempat tinggal, bahkan udara yang bersih.

Argumen Hardin menjelaskan bahwa situasi seperti ini membawa kita pada akhirnya, hal ini akan berakhir buruk untuk semua orang, menyebabkan habisnya lahan untuk peternakan, habisnya ikan untuk ditangkap, overpopulasi, polusi, masalah sosial dan lingkungan lainnya.

Penyebab utama dari tragedi kepemilikan bersama adalah adanya kesempatan salah satu pihak untuk mendapatkan keuntungan pribadi yang berdampak negatif kepada kepentingan masyarakat luas.

Untuk memahami maksud kalimat tersebut, mari kita kembali ke cerita kolam ikan dan empat warga desa. Setiap warga desa (empat orang) mempunyai motivasi untuk mengambil ikan sebanyak mungkin. Di sisi lain, terjadi penurunan presentase reproduksi ikan yang dirasakan oleh seluruh warga desa. Karena khawatir dicurangi oleh tetangganya, seorang warga desa akan berpikir bahwa lebih baik/lebih aman untuk mengambil 1 ikan lagi atau 2 atau 3.

Sayangnya, pemikiran seperti ini juga muncul di dalam kepala seluruh warga desa yang menggantungkan kebutuhan pangannya pada kolam tersebut dan terjadilah tragedi, tragedi kepemilikan bersama (ikannya habis).

[ tragedi = keserakahan ]

Menguntungkan diri sendiri jangka pendek tidak baik untuk siapapun dalam jangka panjang. Ini adalah contoh sederhana, tapi
‘ Tragedi Kepemilikan Bersama ‘ dapat ditemukan di dalam sistem kompleks dalam kehidupan nyata.

Penggunaan antibiotik berlebihan memberi keuntungan jangka pendek dalam produksi ternak dan menyembuhkan penyakit yang umum, tetapi juga menciptakan bakteri yang kebal antibiotik yang dapat membahayakan seluruh populasi.

Produksi listrik murah dari batu bara menguntungkan penggunanya/konsumennya dan memberikan keuntungan kepada pemiliknya. Semua keuntungan ini berguna dalam jangka pendek, tetapi polusi dari penambangan dan pemakaian batu bara menyebar ke seluruh atmosfer tidak mengenal batas negara dan menempel di atmosfer sampai ribuan tahun lamanya.

Ada contoh-contoh lainnya, seperti buang sampah ke sungai, pembuatan sumur bor dan penggunaan air tanah yang berlebihan, penggundulan hutan, kemacetan, bahkan pembelian air mineral di dalam botol.

Meski begitu, peradaban manusia membuktikan bahwa kita mampu melakukan sesuatu. Kita membuat kontrak sosial, kita membuat kesepakatan bersama (communal agreement), kita memilih presiden dan kita membuat hukum.

[ kesepakatan bersama = kesepakatan komunal ]

Semua ini dilakukan untuk menyelamatkan kepentingan umum dari keinginan individual kita. Ini tidak mudah dan kita akan terus berupaya melakukan hal yang benar setiap sa’at.

Kita sebagai manusia, telah menunjukan bahwa kita mampu mengatasi masalah ini dan kita dapat mempertahankannya jika kita mengingat nasihat Hardin,
“ Sa’at tragedi kepemilikan bersama terjadi, apa yang baik untuk kita semua adalah hal yang baik untuk kita sendiri ”.

Tetap fokus dan konsisten. Berbagi itu wajib !!!

Cimahi, Jum’at, 8 Januari 2021

Rizal Ul Fikri CJI

banner 468x60

Subscribe

Thanks for read our article for update information please subscriber our newslatter below

No Responses

Tinggalkan Balasan