Bekas Berkelas : Pakaian Boleh Bekas, Gaya Tetap Harus Berkelas !!

“ Pakaian boleh bekas, gaya tetap harus berkelas ”, itulah jargon yang diusung oleh perusahaan ‘ Bekas Berkelas ‘ yang dikomandoi oleh Muhammad Akmal Akhimullah. ‘ Bekas Berkelas ‘ merupakan perusahaan yang berkecimpung di bidang “ thrifting ”, kegiatan berbelanja untuk mendapatkan harga yang lebih murah dan mencari barang yang tidak biasa seperti selera pasar sa’at ini.

Kata ‘ thrifting ‘ juga dapat diartikan sebagai membeli barang bekas pakai (dengan catatan kualitasnya masih bagus dan layak, serta bukan barang ilegal). Barang bekas pakai yang dijual di toko thrift biasanya masih dalam kondisi baik dan berkualitas, tidak jarang barang-barang ini juga disebut dengan istilah ‘ preloved ‘.

Barang ‘ Thrift ‘ yang paling populer adalah pakaian. Market inilah yang dibidik dan ditekuni oleh ‘ Bekas Berkelas ‘. Pada tanggal 23 Desember 2020, penulis berkesempatan untuk mewawancarai CEO Bekas Berkelas, Muhammad Akmal Akhimullah di sekretariat Bekas Berkelas di Jl. Pesantren Cimahi. Akmal menceritakan tentang awal mula didirikannya Bekas Berkelas.

Awalnya, Bekas Berkelas hanya merupakan media/platform dalam bentuk akun instagram yang berfokus pada penjualan barang preloved milik pribadi. Diawali dengan melihat barang pribadi yang tidak terpakai, misal baju dan jaket, daripada tidak terpakai, Akmal beranggapan lebih baik dijual agar bisa menjadi sesuatu yang lebih bermanfa’at.

Seiring berjalannya waktu, ‘ Bekas Berkelas ‘ mulai merambah ke dunia ‘ thrifting ‘, dimana barang yang dijual tidak hanya barang milik pribadi. Akmal mulai mencari barang (belanja) di Gedebage atau bisa juga orang-orang yang menitipkan barangnya untuk dijual di ‘ Bekas Berkelas ‘ dengan sistem bagi hasil. Jadi, dari yang awalnya hanya menjual saja, mulai menjadi akun jual beli.

‘ Bekas Berkelas ‘ sendiri, didirikan ketika bulan puasa 2020, tepatnya di bulan April 2020. Dari awalnya hanya menjual barang preloved milik pribadi, Akmal menyatakan bahwa seiring berjalannya waktu, fokusnya dalam menjalankan ‘ Bekas Berkelas ‘ menjadi kegiatan penyaluran hobi, bukan bisnis murni.

Selama menjalankan operasional ‘ Bekas Berkelas ‘, Akmal menceritakan kendala-kendala yang dialami. Salah satunya ketika belanja dan nyetok barang (menyimpan persediaan), tidak semua barang yang di stok bisa terjual. Solusinya adalah dengan menurunkan harga barang tersebut dan menggunakan beberapa strategi lainnya. Hal ini perlu dilakukan agar uang yang terkumpul bisa digulirkan lagi.

Meski mengalami barang yang susah terjual, Akmal tidak pernah ambil pusing karena beranggapan hal tersebut memang lazim dan merupakan bagian dari bisnis.
“ Saya itu menjalankan bisnis ini berdasarkan kesukaan (hobi), makanya ketika ada barang tidak terjual atau mendet di rumah yaa diterima saja, karena hal tersebut sudah bagian dari bisnis. Tidak usah terlalu dianggap beban dan membebani beban pikiran, ” ujar Akmal.

Hal yang bisa dilakukan adalah menganggapnya sebagai pembelajaran, artinya strategi pemasarannya bisa dibuat lebih baik lagi, metode jualannya bisa lebih masif lagi dan lain sebagainya. Jangan terlalu dipikirkan menjadi beban jika barang tidak terjual, tidak semuanya tentang uang belaka.

Tidak jarang Akmal turun sendiri dalam mengantarkan barang dagangannya ke konsumen yang berada di sekitaran Bandung Raya. Konsumen ada yang membayar dengan metode transfer dan metode bayar di tempat atau metode yang lazim dikenal dengan sistem ‘ Cash On Delivery ‘ (COD). Perlu diketahui, konsumen Bekas Berkelas tidak hanya di sekitar Bandung Raya saja, Akmal sering melakukan pengiriman barang ke luar kota menggunakan kurir ekspedisi.

Akmal berharap bahwa ‘ Bekas Berkelas ‘ bisa berkembang menjadi lebih besar lagi, terutama dalam urusan jumlah barang yang dijual. Selain itu, sembari mencari pekerjaan tetap di 2021, Akmal berharap masih bisa meluangkan waktu untuk menjalankan ‘ Bekas Berkelas ‘ di sela-sela pekerjaannya kelak.

Cimahi, Minggu, 3 Januari 2020

Rizal UI Fikri CJI