banner 728x90

Kota Kuno : Antara Pemulia Pohon VS Penebang Pohon !

Kota Kuno : Antara Pemulia Pohon VS Penebang Pohon !

Saya akan bercerita tentang kisah dari dua kota kuno dan pepohonan yang menentukan takdir kedua kota tersebut.
Pada tahun 3.000 Sebelum Masehi (SM), populasi kota Uruk lebih padat dari kota New York di zaman modern. Ibu kota Babylon yang ramai ini harus terus memperluas sistem irigasinya untuk mencukupi kebutuhan (pangan) populasi penduduknya yang besar.

Di Sri Lanka, 2.500 tahun kemudian, kota Anuradhapura terbelit masalah yang sama. Kota tersebut terus bertumbuh. Seperti Uruk, kota mereka juga bergantung pada sistem irigasi yang rumit. Seiring pertumbuhan kota Uruk, para petani mulai menebangi pohon untuk membuka lahan pertanian.

Sementara itu, di Anuradhapura, pohon dianggap sebagai makhluk hidup keramat. Anuradhapura menyimpan sebuah cabang pohon Bodhi yang menurut kepercayaan orang setempat, merupakan tempat Siddharta Gautama/Buddha mencapai pencerahan. Pemujaan agama menghambat penebangan pohon di Anuradhapura, bahkan membuat kota tersebut menanam lebih banyak pohon di taman-taman kota.

Pada mulanya, pengembangan kota Uruk berjalan lancar. Namun, tanpa pepohonan yang menyaring persediaan air, sistem irigasi di Uruk menjadi tercemar.
Air yang menguap menyisakan endapan mineral. Hal ini membuat tanah menjadi kaya akan garam dan terlalu asin untuk bercocok tanam.

Sebaliknya, sistem irigasi Anuradhapura dirancang agar selaras dengan hutan di sekitarnya. Populasi Anuradhapura akhirnya tumbuh dua kali lebih besar dari Uruk. Dan kini, Anuradhapura masih merawat pepohonan, termasuk yang sudah berusia 2.000 tahun lebih.

[ apakah Indonesia masih menyisakan pohon berusia 1.000 – 2.000 tahun ? ]

Seringkali, kita mungkin menganggap alam tidak terhubung dengan tata ruang kota kita. Padahal, pepohonan selalu menjadi bagian penting dari kota-kota makmur di seluruh dunia.

Pepohonan tak ubahnya spons alami, mereka menyerap limpasan air hujan sebelum melepaskannya kembali ke atmosfer. Jaringan akar mereka mencegah terjadinya tanah longsor. Mereka melakukan itu seraya membantu tanah menyimpan air dan menyaring racun.

Akar pohon membantu mengurangi banjir sementara pori-pori daunnya memurnikan udara dengan mengikat karbon dioksida (CO2) dan polutan lain. Hal ini sangat penting dalam upaya melawan perubahan iklim.

[ bagaimana dengan pohon sintetis ? ]

Umat manusia telah menikmati manfa’at aboreal ini selama berabad-abad. Lebih jauh, pepohonan tidak hanya penting bagi kesehatan infrastruktur kota, mereka juga berperan penting bagi kesehatan para penduduk kota.

Pada tahun 1870-an, Manhattan hanya mempunyai sedikit pohon di luar area taman kotanya. Tanpa pohon sebagai tempat berteduh, bangunan menyerap radiasi matahari sembilan kali lebih banyak selama musim gelombang panas yang mematikan di Amerika. Ditambah dengan standar sanitasi yang buruk pada masa itu, udara panas membuat kota tersebut menjadi sarang bakteri seperti kolera.

Di Hong Kong era modern, gedung pencakar langit dan infrastruktur bawah tanah menyulitkan tumbuhya pepohonan. Ini berakibat pada kualitas udara yang sangat buruk, yang bisa menimbulkan penyakit bronchitis dan menurunkan fungsi paru-paru.

Para ahli menyatakan bahwa pohon juga dapat mempengaruhi kesehatan mental kita. Studi menunjukan bahwa dedaunan hijau meningkatkan rentang perhatian dan mengurangi stress.
Pasien rumah sakit yang pemandangannya dinding bata pulih lebih lambat dibandingkan dengan pasien yang mendapat pemandangan pepohonan (pohon beneran).

Untungnya, ada banyak kota yang dipenuhi dengan pemandangan pepohonan dan itu bukan kebetulan.
Di awal abad ke 18, perencana tata kota mulai menyadari pentingnya keberadaan pepohonan di kota.

Setelah Perang Dunia II, Kopenhagen mengarahkan semua pembangunan baru di lima arteri, masing-masing diapit sebuah taman. Tata kota ini meningkatkan ketahanan kota terhadap polusi dan bencana alam.

Pepohonan kota tidak hanya menguntungkan bagi manusia. Taman Hutan Portland melestarikan keanekaragaman hayati daerahnya, menjadikannya rumah bagi tumbuhan lokal, 112 jenis burung dan 62 spesies mamalia.

Sejauh ini menurut www.ted.com, belum ada kota yang lebih berkomitmen dalam urusan pepohonan selain Singapura.
Sejak 1967, pemerintah Singapura telah menanam lebih dari 1,2 juta pohon, termasuk taman vertikal setinggi 50 meter yang dinamakan supertrees.

Struktur ini menopang dirinya sendiri dan konservatori di sekitarnya dengan energi matahari dan tampungan air hujan. Pepohonan dan vegetasi meliputi 50 % daratan Singapura sa’at ini. Hal ini mengurangi kebutuhan akan AC atau pendingin ruangan dan mendorong transportasi rendah polusi.

Pada tahun 2050, diperkirakan lebih dari 65 % penduduk akan hidup di perkotaan. Diharapkan para perencana tata kota bisa merancang perencaan yang ramah lingkungan.
Namun, semua bergantung pada para penghuni rimba urban ini untuk menjadikannya rumah yang tidak sekedar untuk manusia.

[ hanya satu kalimat :
Buat Hutan Kota dan Kabupaten sekarang juga ! ]

Cimahi, Selasa, 8 Desember 2020

Rizal Ul Fikri CJI

banner 468x60

Subscribe

Thanks for read our article for update information please subscriber our newslatter below

No Responses

Tinggalkan Balasan