banner 728x90

Revolusi Pertanian : Perlukah atau Tidakah ?

Revolusi Pertanian : Perlukah atau Tidakah ?

Dalam Revolusi Pertanian yang terjadi pada sejarah umat manusia dimana para ahli menyatakan bahwa nenek moyang kita berhasil mendomestikasi gandum. Menurut kriteria evolusioner dasar kelestarian dan reproduksi bahwa gandum merupakan salah satu tumbuhan paling berhasil dalam bumi.

Bagaimana gandum yang dahulu hanya merupakan satu dari sekian jenis rumput liar bisa berubah menjadi komoditas penting dan tersebar di mana-mana ?

Yuval Noah Harari, penulis buku Sapiens berpendapat bahwa gandum bisa mencapai prestasi tersebut dengan mamanipulasi nenek moyang kita demi kepentingannya.
Nenek moyang kita tadinya hidup cukup nyaman dengan berburu dan mengumpulkan sampai sekitar 10.000 tahun silam, namun kemudian mulai menginvestasikan lebih banyak upaya untuk membudidayakan gandum.

Dalam beberapa ribu tahun, manusia di banyak bagian dunia tidak melakukan banyak hal lain dari fajar hingga senja selain mengurusi tanaman gandum.

[ hal ini berlaku juga pada tanaman/budidaya padi ]

Mengurus tanaman gandum tidak mudah, gandum menuntut banyak hal dari manusia. Gandum tidak suka batu kerikil, maka nenek moyang kita banting tulang untuk membersihkan ladang.
Gandum tidak suka berbagai ruang, air dan zat hara bersama tumbuhan-tumbuhan lain, maka baik laki-laki maupun perempuan bekerja keras mencabuti gulma dan rumput liar meskipun di bawah terik matahari yang membakar.
Gandum juga bisa sakit, maka nenek moyang kita harus berjaga-jaga agar tidak terjadi serangan hawar. Gandum tidak bisa mempertahankan diri dari organisme-organisme yang ingin memakannya, dari kelinci hingga kawanan belalang, maka dari itu nenek moyang kita harus menjaga dan melindunginya. Gandum merasakan dahaga, maka manusia memikul air dari mata air dan sungai untuk menyiraminya. Rasa lapar dari tumbuhan gandum bahkan memaksa nenek moyang kita untuk mengumpulkan kotoran hewan untuk memupuk tanah tempat gandum tumbuh.

Lantas, apa yang diberikan gandum sebagai balasan ?

Gandum tidak menawarkan diet yang lebih baik. Kita harus ingat bahwa manusia merupakan omnivore yang menyantap macam-macam makanan. Gandum dan padi-padian hanya menyusun sepersekian persen diet manusia.
Pola makan yang didasari padi-padian miskin mineral dan vitamin, sulit dicerna dan bernar-benar buruk bagi gigi dan gusi.

Gandum tidak memberikan manusia keamanan pangan. Kehidupan petani relatif kurang aman jika dibandingkan dengan kehidupan pemburu pengumpul.
Pemburu pengumpul mengandalkan lusinan spesies untuk hidup, sehingga bisa melewati tahun-tahun paceklik meskipun tidak punya simpanan makanan yang diawetkan.
Bila ketersediaan suatu spesies berkurang, maka mereka bisa berburu dan mengumpulkan organisme lain.

Di sisi lain, masyarakat pertanian, sampai belum lama ini, telah mengandalkan sebagian besar asupan kalori dari segelintir ragam tumbuhan dan hewan hasil domestikasi. Di banyak daerah, manusia hanya mengandalkan satu jenis makanan pokok, misalnya gandum, beras atau kentang. Bila hujan tidak turun dan kawanan belalang tiba, atau jamur mulai belajar menginfeksi spesies tanaman makanan pokok, beribu-ribu kaum petani pun tewas.

Lantas apa yang benar-benar ditawarkan oleh gandum kepada para petani ?

Gandum tidak menawarkan apa-apa kepada manusia sebagai pribadi. Namun gandum menawarkan sesuatu kepada manusia sebagai spesies.
Bercocok tanam gandum menyediakan jauh lebih banyak makanan per satuan wilayah, sehingga memungkinkan manusia memperbanyak diri secara eksponensial.

Mata uang evolusi bukanlah rasa lapar atau rasa nyeri, melainkan salinan-salinan heliks DNA. Hal ini berlaku sebagaimana keberhasilan ekonomi suatu perusahaan diukur semata-mata dari pencapaian jumlah dolar dalam rekeningnya, bukan kebahgaiaan pegawainya.

Begitu pula keberhasilan evolusi suatu spesies diukur berdasarkan jumlah salinan DNA-nya. Bila tidak ada lagi salinan DNA yang tersisa, maka spesies tersebut dinyatakan punah, sebagaimana perusahaan yang tidak mempunyai uang = bangkrut.
Bila suatu spesies berhasil memperbanyak diri dan mempunyai banyak salinan DNA, maka spesies tersebut dinyatakan berhasil.

Dalam kasus ini, seribu salinan DNA selalu lebih bagus dibandingkan seratus salinan.
Itulah esensi Revolusi Pertanian dimana kemampuan mempertahankan lebih banyak orang agar tetap hidup di dalam kondisi yang lebih buruk.

Terlebih lagi, kita ternyata tidak mendomestikasikan gandum, tetapi gandum yang mendomestikasi kita. Kata domestikasi berasal dari kata latin, domus yang artinya rumah.

Siapa yang hidup di dalam rumah ?

Bukan gandum, melainkan manusia.

[ itu sebabnya bangsa dan masyarakat Indonesia yang berke’arifan menempatkan tanaman ‘ padi ‘ sebagai Dewi bernama ‘ SRI ‘ ]

Cimahi, Senin, 7 Desember 2020

Rizal Ul Fikri CJI

banner 468x60

Subscribe

Thanks for read our article for update information please subscriber our newslatter below

No Responses

Tinggalkan Balasan