Indonesia : Negeri Seribu Musim dan Buah – Buahan


Dahulu, atas dasar ketidaktahuan dan minimnya informasi ketika masih kecil, saya selalu menantikan turunnya salju di Indonesia. Sa’at itu saya belum mengetahui bahwa Indonesia merupakan negara tropis, artinya negara yang hanya mempunyai dua musim yaitu musim hujan dan musim kemarau.
Sedangkan, negara yang memiliki salju adalah negara-negara yang tidak berada di garis khatulistiwa/garis ekuator yaitu negara subtropis.
Negara subtropis merupakan negara 4 musim. Jadi, andaikata mau menunggu salju turun di Indonesia, utamanya di Jawa Barat mungkin harus menunggu beberapa ribu tahun atau perubahan iklim tingkat ekstrim.
Adapun jika ingin melihat salju, maka tempat terdekat harus pergi ke Papua terutama ke puncak Jayawijaya. Atau, jika tidak ingin pergi jauh-jauh bisa pergi ke beberapa tempat perbelanjaan di Jabodetabek yang mempunyai wahana dunia salju atau sejenisnya. Mereka menawarkan pengalaman merasakan dinginnya tempat bersalju menggunakan salju buatan.
Dalam ilmu geografi, terdapat garis lintang dan garis bujur. Garis lintang melintang mengelilingi bumi secara horizontal, menentukan iklim bagi wilayah-wilayah di bumi.
Ada yang termasuk wilayah tropis, subtropis dan kutub. Pusatnya adalah garis khatulistiwa/garis ekuator.
Sedangkan, garis bujur membujur mengelilingi bumi secara vertikal. Garis bujur menentukan pembagian waktu wilayah-wilayah di bumi.
Pusatnya adalah garis bujur di Greenwich, Inggris. Wilayah yang lain menentukan waktu mengacu kepada observatorium waktu di Greenwich.
Maka untuk waktunya menjadi GMT + sekian, GMT adalah kepanjangan dari
‘ Greenwich Mean Time ‘.
Di Indonesia, zona waktunya adalah GMT + 7 untuk waktu Indonesia bagian Barat (WIB), GMT + 8 untuk waktu Indonesia Tengah (WITA) dan GMT + 9 untuk waktu Indonesia bagian Timur (WIT).
Meski begitu, saya mensyukuri bahwa saya tinggal di Indonesia yang mana merupakan negara tropis, dimana matahari bersinar sepanjang tahun. Indonesia terletak di garis khatulistiwa, maka rata-rata penduduknya mempunyai kulit yang relatif gelap, tapi tidak hitam, jika di Indonesia disebut dengan sawo matang.
Negara-negara tropis mempunyai keragaman hayati jauh lebih banyak dibandingkan negara di wilayah lainnya, terutama jika dibandingkan dengan wilayah kutub.
Saya selalu berfikir, pasti negara tropis mempunyai kelimpahan sumber daya alam seperti buah-buahan, sayur dan rempah-rempah.
Oleh karena memiliki sinar matahari yang melimpah, maka wilayahnya bisa digunakan untuk bercocok tanam sepanjang tahun. Sedangkan di negara 4 musim (musim panas, musim gugur, musim salju dan musim semi) hanya 2 musim yang bisa digunakan untuk bercocok tanam yaitu musim panas dan musim semi. Sedang di musim salju dan musim gugur tidak bisa bercocok tanam.
Anggapan saya begini, 2 musim untuk bercocok tanam dilakukan untuk mempersiapkan 2 musim masa tidak bisa bercocok tanam. Mungkin itulah salah satu faktor yang mendasari perdagangan dan kerjasama internasional antara negara-negara di dunia.
Indonesia sendiri, meskipun secara geografis hanya mempunyai dua musim, kenyataannya Indonesia merupakan negeri seribu musim.
Yaa, selain musim hujan dan musim kemarau, ada musim durian hingga musim rambutan, musim liburan, musim haji, musim kawin, musim batu akik, musim pancaroba, musim piala dunia, musim layangan dan musim-musim yang lain. Indonesia memiliki musim dari buah-buahan hingga tren yang sedang terjadi/ happenning di masyarakat.
Jika ingin mengetahui sekarang musim apa di Indonesia, maka cukup pergi ke jalan raya dan mencari penjual buah di mobil pick up di pinggir jalan. Jika yang banyak jualan adalah yang penjual alpukat, maka artinya sedang musim alpukat, jika banyak yang jualan mangga, artinya sedang musim mangga.
Alhamdulillah, saya pada tanggal 7 November 2020 berkesempatan untuk merasakan musim mangga di Indonesia. Meski dalam skala kecil, saya merasakan bagaimana rasanya memanen buah mangga dari pohonnya.
Pohon tersebut merupakan pohon mangga Harum Manis milik nenek saya yang terletak di halaman rumahnya di Cibeureum.
Bermodal bambu berukuran kurang lebih 2 meter setengah yang ujungnya dilengkapi/ditempeli dengan botol air mineral 1,5 liter yang dimodifikasi, saya membantu nenek saya ngala buah. Terhitung buah yang dipanen mencapai 38 buah mangga.
Dengan kebiasaan orang Indonesia yang senang berbagi, maka 12 buah disimpan dan sisanya dibagikan ke tetangga.
Di Indonesia sendiri, buah dijual dengan sistem kiloan. Buah-buahan di Indonesia dianggap sebagai makanan selingan atau makanan ringan.
Paling gaya, buah-buahan dijadikan sebagai oleh-oleh atau bawaan untuk diberikan kepada orang sakit.
Lain di Indonesia, lain di Jepang. Di Jepang, buah-buahan dianggap sebagai barang mewah yang dibudidayakan.
[ ini sebabnya harga buah-buahan di Jepang bisa mencapai harga yang fantastik ]
Membeli buah di Jepang serasa membeli perhiasan. Di sana, bukan hal aneh jika menemukan buah melon yang dijual seharga Rp 2,6 juta/buah atau buah persik yang dijual seharga Rp 400 ribu.
Di belahan dunia lain, buah dianggap sebagai makanan selingan atau pencuci mulut, di Jepang buah dianggap sebagai barang berharga untuk diberikan kepada orang yang dicintai atau untuk menunjukan rasa terima kasih atau sebagai lambang harapan yang baik.
Selain daripada nilai filosofisnya, di Jepang buah juga dibudidayakan dan dijual dalam kondisi yang luar biasa. Buah di sana dijual dan dikonsumsi dalam kondisi yang sempurna dan bebas noda.
Misalnya buah persik yang bentuknya bulat dan indah, buah strawberry berwarna merah tua berkilau, anggur berbentuk montok dan berair serta melon yang bulat sempurna dan harum.
Buah disana menjadi makanan premium, tidak heran harganya sampai selangit.
Bisakah kita sebagai negeri seribu musim memperlakukan buah-buahan sebagai barang mewah selayaknya di Jepang ?
Cimahi, Selasa, 17 November 2020
Rizal Ul Fikri CJI
No Responses