banner 728x90

Pohon MengKonsumsi CO2, Karbon !

Pohon MengKonsumsi CO2, Karbon !

Wangari Maathai pernah berkata,
“ sebelum anda menggali lubang, lalu menanam pohon di lubang tersebut, juga mengairinya dan memastikan pohon itu hidup, maka anda sejatinya belum melakukan apa-apa. ”

Berdiri tegak menjulang hampir setinggi 84 meter, inilah pohon yang sampai hari ini (8 November 2020) dikenal sebagai pohon terbesar yang masih hidup di planet bumi, dialah General Shermann.
Dia adalah pohon sequoia raksasa yang mengikat kurang lebih 1400 ton karbon dalam hidupnya yang diperkirakan sudah berusia lebih dari 1000 tahun. Tidak banyak pohon yang dapat menandingi dampak karbon yang dia lakukan.

Hari ini pula (10 November 2020), manusia menghasilkan lebih dari 1400 ton karbon dalam setiap menit. Untuk memerangi perubahan iklim, secara teoritis kita harus secara bertahap mengurangi penggunaan bahan bakar fosil yang menghasilkan emisi karbon.
Selain itu, kita juga harus menarik kembali kelebihan CO2 dari atmosfer untuk memulihkan keseimbangan planet kita.

Seperti segala jenis tanaman, pohon mengkonsumsi carbon melalui reaksi kimia yang dinamakan photosynthesis. Proses ini menggunakan energi dari cahaya matahari untuk mengkonversi air dan CO2 menjadi Oksigen dan Glukosa (cadangan energi). Dalam proses respirasi tanaman (bukan pohon), mereka melepaskan kembali oksigen dan karbon ke udara.

Di dunia pohon, sejumlah besar carbon yang diserap dalam proses respirasi tidak dilepaskan ke udara. Sebagai gantinya, disimpan dan digunakan untuk membentuk jaringan kayu.

Selama masa hidupnya, pohon bertindak sebagai kubah penyimpanan carbon. Mereka mengembalikan kembali carbon ke tanah selama mereka hidup, bertumbuh dan berkembang. Meski begitu, ketika suatu pohon mati dan membusuk, carbon-carbon yang telah mereka simpan akan dilepaskan kembali ke udara. Sejalan dengan hal tersebut, sejumlah besar CO2 yang tersimpan di tanah yang usianya bisa mencapai ribuan tahun juga akan ikut terlepas ke udara ketika pohon yang menaunginya mati.

Jadi, jika pohon ingin membantu kita dalam perang melawan perubahan iklim, terutama dalam pertarungan jangka panjang, maka mereka harus survive untuk mengikat carbon sebanyak-banyaknya dalam waktu selamanya sembari bereproduksi juga secepatnya dan sebanyak mungkin.

Jadi adakah suatu jenis pohon yang bisa memenuhi kriteria tersebut ?

Kriteria bisa tumbuh dengan cepat, panjang umur, bisa mengikat banyak karbon dan bisa ditanam di seluruh dunia. Jikapun ada pohon yang bisa seperti itu, mungkin hal tersebut bukan merupakan solusi jangka panjang yang baik.

Hutan merupakan jaringan ekosistem yang complex, terdiri dari berbagai organisme. Lalu, tidak ada satupun spesies makhluk hidup yang benar-benar bisa hidup dan berkembang dengan maksimal di segala jenis ekosistem.
Pohon yang paling berpanjang umur dan paling bisa bertahan melawan perubahan iklim selalu merupakan pohon pribumi/endemik di daerahnya. Mereka adalah spesies yang sudah memainkan peran di daerah mereka pada tingkat lokal.

Suatu studi menunjukan suatu ekosistem dengan keanekaragaman pohon yang terbentuk secara alami memiliki persaingan yang lebih sedikit dalam berebut sumber daya, juga relatif lebih tahan dalam menghadapi perubahan iklim.

Hal ini berarti kita tidak bisa hanya sekedar menanam pohon untuk mengurangi jumlah karbon di udara, tetapi kita harus mengembalikan ekosistem yang rusak. Ada banyak lahan di planet kita yang pohon-pohonnya sudah ditebang habis atau sudah dikembangkan menjadi permukiman. Terdapat peluang dan kendala dalam permasalahan tersebut.

Pada tahun 2019, suatu studi yang dilakukan oleh Zurich’s Crowtherlab menganalisis hasil citra satelit dari bagian planet ini yang masih tertutup pohon. Dengan menggabungkan data tersebut (hasil citra satelit), data iklim dunia saat ini, data tentang tanah di planet kita dan data tentang area yang diperlukan untuk kebutuhan manusia (permukiman, pertanian, perkantoran dll), maka mereka memutuskan bahwa bumi bisa mendukung untuk tambahan 1 miliar hektar hutan tambahan.

Permasalahannya adalah, mempukah gerakan restorasi ekosistem melalui 1 miliar hektar hutan tambahan di planet ini menang melawan berbagai kepentingan politik dan ekonomi ?

[ bangsa dan negara Indonesia telah melakukan kesalahan dan kejahatan lingkungan selama puluhan tahun akibatnya hari ini seluas 14.006.450 hektar lahan jadi kritis dan mangkrak ]

Mari kita nantikan, lebih bagus jika bisa terlibat di dalamnya.

Cimahi, Selasa, 10 November 2020

Rizal Ul Fikri CJI

banner 468x60

Subscribe

Thanks for read our article for update information please subscriber our newslatter below

No Responses

Tinggalkan Balasan