Sumpah Pemuda Bersama Para Pencinta Alam di Taman Wisata Alam Cimanggu Ranca Upas Kabupaten Bandung


“ Saya yakin, kita semua sudah bekerja, tapi kita belum pernah bekerja sama, ” itulah yang dikatakan oleh Eyang Memet Achmad Surahman dalam acara peringatan Hari Sumpah Pemuda pada tanggal 28 Oktober 2020 di Pusat Pendidikan Konservasi Alam FK3I Jawa Barat Blok Taman Wisata Alam Cimanggu, Kabupaten Bandung.
Acara ini diinisiasi oleh Forum Komunikasi Pecinta Alam Kabupaten Bandung, untuk memperingati salah satu hari yang bersejarah dalam perjalanan bangsa Indonesia yaitu Hari Sumpah Pemuda.
Tujuan utama dari acara ini adalah untuk menanamkan spirit kebangsaan dan kebudayaan pelestarian alam dan kemanusiaan.
Acara tersebut dihadiri oleh berbagai komunitas dan organisasi pecinta alam yang tersebar di Kabupaten Bandung dan sekitarnya. Beberapa tokoh hadir sebagai pembicara dalam acara tersebut, diantaranya Iwan Sulanjana (Mantan Pangdam III Siliwangi), Eyang Memet (Tokoh Lingkungan), Abah Soma (Ketua FPRB Jabar), Acil Bimbo (budayawan), Ayah Nunuh sang Manusia Pohon dan beberapa tokoh lainnya. CJI berkesempatan untuk hadir dan ikut meramaikan acara tersebut.
Taman Wisata Alam Ranca Upas dipilih sebagai lokasi diselenggarakannya acara. Dari pagi, kelompok-kelompok pecinta alam mulai berdatangan membawa tas carrier berkapasitas besar beserta tenda dan kebutuhan logistik lainnya.
Menjelang siang, tenda-tenda dengan bermacam warna mulai didirikan. Sangat menyenangkan bisa melihat berbagai bendera organisasi pecinta alam yang berwarna warni dengan berbagai logo dan lambang, juga ditemani dengan nuansa hutan dan kesejukan khas dataran tinggi.
Acara diawali pada pukul 3.00 petang dibuka oleh Bupati Kabupaten Bandung dua periode Dadang Naser.
Beliau mengakui, dalam urusan bab lingkungan, masih banyak pekerjaan rumah (PR) yang harus dikerjakan. Maka dari itu, beliau berkomitmen, meskipun nanti setelah habis masa jabatannya selaku bupati, beliau akan tetap terus bekerja dan berkarya mengerjakan pekerjaan-pekerjaan yang harus dikerjakan terkait bab lingkungan.
Setelah pembukaan oleh Bupati, lalu dilanjutkan oleh Acil Bimbo. Beliau menyatakan bahwa segala sesuatu harus diusahakan. Tidak ada yang gratis dalam hidup ini, untuk mencapai keberhasilan baik di bidang kebudayaan, kewirausahaan, konservasi lingkungan dan lain-lain
“ harus dibeli ku capek. ” Janganlah generasi muda ingin berhasil, tetapi bermalas-malasan.
Beliau juga membahas terkait etos kerja bangsa asing, terutama bangsa Jepang.
Mereka sangat pekerja keras “ kita kerja 8 jam, mereka bisa kerja 10 jam.
Kita kerja 10 jam, mereka bisa 12 jam. ”
Jadi sekali lagi ditekankan, keberhasilan harus dibeli ku ‘cape’k.
Iwan Sulanjana membicarakan terkait Indonesia emas 2045. Generasi muda harus siap tempur menghadapi serangan asing, baik dari Amerika Serikat dan China. Salah satunya dengan bertempur di ranah politik, baik dengan menjadi Bupati, Walikota, Gubernur, anggota Dewan (DPR Pusat dan Daerah) maupun Presiden.
Intinya berkarya di bidang pengambilan kebijakan yang bisa menghasilkan dampak positif di bidang lingkungan. Ada hal menarik, Iwan Sulanjana menyatakan bahwa pecinta alam pasti tahan banting, namun ternyata oleh serangan gerimis kerumunan bubar ke tenda masing-masing.
Eyang, membicarakan tentang esensi dari peristiwa Sumpah Pemuda.
Sumpah pemuda tidak terjadi secara ujug-ujug. Tetapi berangkat dari kesadaran dari tokoh-tokoh pemuda di Indonesia yang frustasi karena perlawanannya gagal.
Kegagalan-kegagalan tersebut terjadi karena setiap perlawanan tersebut bersifat kedaerahan. Maka dari itu mereka bersatu dan bersumpah untuk menyatukan pergerakan mereka dalam memperjuangkan kemerdekaan Indonesia.
Hal ini juga yang ingin ditanamkan oleh Eyang ke organisasi Pecinta Alam.
Hingga hari ini, kegiatan yang bergerak di bidang lingkungan masih bersifat sektoral dan kedaerahan. Diharapkan dari acara tersebut, dibuat suatu ‘statement’ bersama tentang komitmen dalam pergerakan bersama di bidang lingkungan. Harus bisa bersinergi, berkolaborasi dan berkerja sama dengan baik, berangkat dari kesadaran bahwa jika masih mementingkan ego sektoral, maka pergerakannya mudah dipatahkan.
Acara semakin larut diiringi oleh hujan gerimis. Ada berbagai kegiatan lainnya ; seperti rajah, pagelaran drama oleh teater dini hari dan penanaman pohon. Penting kiranya generasi muda untuk diedukasi dan diperkenalkan ke alam. Hal ini karena bumi dan alam yang kita tinggali sekarang, merupakan pinjaman dari generasi yang akan datang. Akan sangat bermasalah jika bumi dan alam yang kita wariskan dalam kondisi rusak, mau jadi seperti apa generasi manusia masa depan nantinya ?
Kabupaten Bandung, Sabtu, 31 Oktober 2020
Rizal Ul Fikri CJI
No Responses