banner 728x90

Mau Pergi Kemana Kita ?

Mau Pergi Kemana Kita ?

Dalam tulisan-tulisan saya sebelumnya, sebagai anggota organisasi Citizen Journalism Interdependen, maka setiap hari adalah petualangan.
Petualangan untuk pergi ke suatu tempat, baik di areal Bandung maupun luar Bandung untuk bertemu dengan entah tokoh, orang dinas, aktivis, ahli IPTEK dan lain sebagainya untuk membicarakan tentang satu dan lain hal.

Dalam petualangan di hari Kamis tanggal 22 Oktober 2020, perjalanan diawali dengan titik 0 di Cijerah. Kegiatan di hari tersebut diawali dengan misi penyelamatan motor milik [Om] Muhammad Zaki Mubarrok yang mogok dan tertinggal di areal Jl Rajawali Bandung.

Dalam misi penyelamatan tersebut ternyata ada pengorbanan yang harus ditempuh yaitu biaya untuk mengganti oli dan busi dari motor tersebut. Sudah barang tentu bagi orang-orang yang mempunyai mobilitas tingkat tinggi, kendaraan merupakan salah satu aset yang penting, maka dari itu harus dijaga dan dipelihara dengan baik.

Kegiatan kemudian dilanjutkan ke Masjid Ar Rohman di areal Jl Garuda. Disana, saya dan [Om] Muhammad Zaki Mubarrok transit untuk menjalankan ibadah. Di periode waktu dari adzan Dzuhur sampai adzan ‘Isya, terjadilah hujan yang amat deras.
Terkejut, saya terheran-heran, sebab tidak biasanya hujan di bulan Oktober turun seganas dan selebat itu. Hujan berlangsung cukup lama ditemani beberapa kali hembusan angin kuat dan sambaran petir.

Setelah cuaca mulai tenang dan hujan telah berhenti, perjalanan dilanjutkan untuk pergi ke Gg. H. Moch Tabri No. 32 – 65, RT 05/RW 11, Sukabungah, Kecamatan Sukajadi, Kota Bandung, ke kediaman Aditya Alamsyah atau biasa dikenal dengan Abah Alam.
Di sana, biasanya jadi tempat berkumpulnya berbagai tokoh lintas agama dan budaya.
Biasanya mereka berdiskusi tentang nasib Negara Kesatuan Republik Indonesia dan hal-hal yang bisa dilakukan untuk mengubah nasib NKRI ke arah yang lebih baik.

Pada tanggal 22 Oktober 2020, terjadi diskusi di kediaman Abah Alam antara Om Zaki dan Kang Widi, salah satu keturunan langsung Abah Alam. Diskusi berlangsung menarik dimulai dengan membicarakan pergerakan intelijen-intelijen baik di Indonesia maupun di dunia.

Hal tersebut ternyata terhubung dengan kematian John F Kennedy di Amerika Serikat dan peristiwa berdarah G30S PKI yang berhasil melengserkan Ir. Soekarno dari tampuk kekuasaan.

[ berbagai macam konspirasi yang terjadi ]

Pembicaraan berlanjut ke bab Belanda. Kang Widi merupakan pernah masuk jurusan Arsitek di salah satu perguruan tunggi negeri Belanda. Disana sempat mencari dan mempelajari artefak dan dokumen-dokumen tentang sejarah Indonesia, ternyata ada banyak dokumen-dokumen tentang dan milik Indonesia di negeri Belanda.

[ dia hanya sebentar sekali bisa masuk perguruan tinggi di Belanda karena ikut demo pada tahun 1998, akhirnya ditangkap oleh pemerintahan Belanda dan disuruh balik ke Indonesia ]

Banyak pula diantara dokumen-dokumen tersebut yang disimpan dan dikelola secara langsung oleh pihak Kerajaan Belanda, sehingga tidak bisa diakses sembarangan.

Kang Widi memberikan tips bagi orang-orang yang ingin mempelajari dokumen-dokumen tentang Indonesia di Belanda.
Salah satunya dengan menggunakan perpustakaan digital di negeri Belanda yang bisa diakses melalui situs web delpher.nl.

[ mungpung belum diblokir ]

Disana, terdapat kurang lebih 14.000 dokumen yang berkaitan dengan Indonesia, terutama dalam bentuk buku, baik yang berbahasa Belanda maupun bahasa Indonesia.

Ada yang menarik yaitu bagaimana buku-buku elektronik yang terdapat di situs web delpher.nl tidak ada di Perpusnas. Padahal, buku-buku tersebut memuat informasi penting terkait banyak hal yang berkaitan terutama perihal geografis negara kita.

Saya mencoba untuk mempelajari buku-buku digital di delpher.nl. Buku-buku yang ditampilkan berupa hasil scan dengan resolusi tinggi. Teksnya jelas terbaca, sayangnya buku-buku tersebut menggunakan bahasa Belanda.

Bahasa Belanda merupakan salah satu bahasa yang sulit dipelajari. Sudah barang tentu orang-orang yang mempelajari bahasa Belanda bukan hanya sekedar iseng atau gaya-gayaan.

Perlu usaha ekstra bagi saya yang tidak mengerti bahasa Belanda untuk mempelajari dan mencari intisari dari buku-buku di delpher.nl. Banyak kata dalam bahasa Belanda yang tidak bisa diterjemahkan (menggunakan google translate) ke Bahasa Inggris maupun Bahasa Indonesia.

Bahasa paling dekat dari Bahasa Belanda ketika melakukan proses terjemahan ternyata bahasa Jerman dan Bahasa Sunda.

Sejak hari itu, saya tekadkan dalam diri untuk berusaha mempelajari buku-buku tersebut meskipun sulit. Guru besar saya pernah berkata “segala sesuatu ada ilmunya dan bisa dipelajari”. Tinggal dilengkapi dengan usaha yang keras dan mental pantang menyerah, saya yakin pasti bisa.

[ satu hal yang pasti adalah bangsa dan negara Belanda tentu menyimpan semua data/artefak/manuskrip dan segalanya hanya demi dan untuk kepentingan mereka sendiri bukan untuk bangsa dan negara Indonesia.
Apapun wajib mereka lakukan, terutama membuat isi dari semua itu supaya bangsa Indonesia tersesat selamanya ]

Cimahi, Rabu, 28 Oktober 2020

Rizal Ul Fikri CJI

banner 468x60

Subscribe

Thanks for read our article for update information please subscriber our newslatter below

No Responses

Tinggalkan Balasan