banner 728x90

Pulangnya Habib Rizieq Shihab : Barokah/Berkah atau Bencana/Wabah ?

Pulangnya Habib Rizieq Shihab : Barokah/Berkah atau Bencana/Wabah ?

Pro dan kontra telah dan sedang terjadi di Indonesia. Sebagian besar menolak kedatangan dan sebagian sangat berharap dia cepat datang.

Apakah kedatangannya itu jadi barokah/berkah atau justru jadi bencana/wabah bagi bangsa Indonesia ?

Sejenak mari kita lihat ‘flash back’ perjalanan sejarah bangsa Nusantara.

Setelah Sultan Agung Mataram wafat tahun 1645 yang begitu gigih menyerang VOC Belanda digantikan oleh anaknya Amangkurat I.
Dia memerintah sampai tahun 1677 Masehi.

Amangkurat I justru berteman baik dengan VOC Belanda sehingga menimbulkan perpecahan luar biasa di Kerajaan Mataram.
Prestasi besarnya adalah berhasil sukses membunuh/membantai sekitar 5000 sampai 6000 para ‘Ulama yang kontra dengan dia dan menjadi pengikut setia Sultan Agung Mataram yang anti VOC Belanda (penjajah) hanya dalam waktu 30 menit saja.

Inilah untuk yang pertama para ‘Ulama Islam yang anti penjajah asing (VOC Belanda) benar-benar dibunuh dan dibantai oleh Raja/Sultan (Presiden ?) yang beragama Islam dan mengatasnamakan Kerajaan Islam.

Apakah jadi jaminan sebuah negara atau daulah atau pemerintahan berdasarkan Islam sesuai aturan Allooh yang membawa kedamaian, keamanan, kemakmuran dan kesejahteraan bagi seluruh warga masyarakat dan penduduknya ?

Mari kita belajar pada sejarah masa lalu!

Prestasi Besar Amangkurat I Raja/Sultan Islam Mataram

Apakah sebenarnya prestasi seorang Amangkurat I ?

Setelah Sultan Agung Mataram wafat tahun 1645, Amangkurat I naik tahta.
Dia mengubah total kebijakan yaitu berteman baik (kerjasama) dengan VOC Belanda.
Hanya butuh waktu 30 menit saja dia sukses gemilang membunuh dan membantai sekitar 5000 sampai 6000 para ‘Ulama pengikut Sultan Agung yang anti penjajah VOC Belanda.

Sejak peristiwa ini yang terjadi hanyalah perpecahan.

Hal ini memicu perlawanan dimana-mana, termasuk anaknya sendiri melakukan kudeta, tapi gagal.
Amangkurat I membalas anaknya dengan meracuni lewat air kelapa, tapi tidak mati.

Bayangkan bagaimana jahat dan sadisnya Amangkurat I, maka begitu besarnya prestasinya selama berkuasa :

Pertama berkhianat pada perjuangan ayahnya sendiri Sultan Agung Mataram yang sangat anti VOC Belanda.
Dia sangat berteman dan pro VOC Belanda.

Kedua sukses besar membunuh dan membantai 5000 sampai 6000 para ‘Ulama pengikut Sultan Agung yang anti penjajah.

Ketiga meracuni anaknya sendiri.

Terakhir Kerajaan Islam Mataram pun berhasil menghancurkan Kerajaan Sunda beserta seluruh kebesarannya.
Seluruh peninggalan kebesaran dan keagungan Kerajaan Sunda sengaja dihancurkan dan dimusnahkan.
Dia sangat sejalan dengan VOC Belanda yang dengan sengaja dan sistematis menghancurkan dan menghilangkan kebesaran Kerajaan (Kekaisaran) Sunda.

Kolaborasi antara Kerajaan Islam Mataram dalam hal ini Amangkurat I dengan VOC Belanda telah berhasil menenggelamkan sejarah dan jejak langkah kebesaran dan kemajuan Kerajaan Sunda beserta seluruh Urang Sunda sampai hari ini.

Tidak kurang dari 27.000 artefak, manuskrip dan peninggalan Raja-Raja Nusantara termasuk Kerajaan Sunda dibawa ke Belanda dan Inggris.
Belum lagi yang telah dibawa oleh negara dan bangsa Jepang.

Setelah Negara Kesatuan Republik Indonesia merdeka sejak Sukarno jadi presiden tidak ada upaya jelas mengembalikan kebesaran Kerajaan Sunda, padahal dia tahu perjalanan sejarah dan tinggal lama di Tatar Sunda bahkan menikah dengan salah satu keturunan Raja Sunda Pajajaran bernama Inggit Garnasih sampai sekitar 20 tahun usia perkawinannya.

Tapi penghargaan terhadap Inggit Garnasih pun tidak ada.

Kondisi era Suharto puncak dari penghilangan sisa-sisa peninggalan sejarah kebesaran Sunda.
Salah satunya adalah penghilangan nama dan istilah Kepulauan Sunda Besar dan Kepulauan Sunda Kecil dari ranah resmi sejarah geografi Indonesia.
Istilah saja tidak boleh, apalagi bidang politik
Urang Sunda tentu saja tidak boleh maju dan berkuasa.
Suharto telah sukses berhasil membungkam Urang Sunda.

Sejarah telah berubah, Negara Kesatuan Republik Indonesia telah resmi berdiri satu hal yang tidak berubah yaitu rakyat dan masyarakat sejak zaman Kerajaan Nusantara, Presiden berkuasa selalu jadi objek penderita dan sengsara.

Jadi siapa sebenarnya DI/TII, PKI itu…Apakah sebenarnya mereka itu penerus dari Amangkurat I yang pro penjajah dan asing ?

To be continue…

Bandung, Minggu, 25 Oktober 2020

Zaki CJI

banner 468x60

Subscribe

Thanks for read our article for update information please subscriber our newslatter below

No Responses

Tinggalkan Balasan