Kompeni ‘VOC’ Belanda


Dalam buku sejarah yang dipelajari anak sekolah di Indonesia, ada pembelajaran tentang perusahaan dagang terbesar sepanjang sejarah yaitu ‘Vereenigde Oostindische Compagnie’ (Kompeni Hindia Timur) atau VOC. VOC merupakan kamar dagang atau kongsi dagang Belanda.
VOC didirikan pada tahun 1602, tepat ketika orang-orang Belanda masih berupaya untuk memerdekakan diri dari Spanyol dan bunyi ledakan artileri Spanyol masih bisa terdengar tidak jauh dari perbentengan Amsterdam. VOC menggunakan uang yang dihimpunnya untuk menjual saham guan membangun kapal-kapal yang nantinya akan berlayar ke Asia, lalu membawa pulang barang-barang dari Tiongkok, India dan Indonesia.
Uang yang dihimpun tersebut juga digunakan VOC untuk membiayai kegiatan militer yang dilakukan oleh kapal-kapal perusahaan tersebut melawan para pesaing dan perompak. Pada akhirnya, uang VOC membiayai penaklukan Indonesia.
[ setelah menguasai Nusantara/Indonesia, maka VOC bisa membangun negara Belanda ]
Indonesia merupakan salah satu kepulauan terbesar di dunia. Wilayah tersebut terdiri dari ribuan pulau yang pada abad ke 17 dikuasai oleh ratusan kerajaan, kepangeranan, kesultanan dan suku.
Saudagar-saudagar VOC tiba di Indonesia pada tahun 1603 dipimpin oleh Cornelis de Houtman, tujuan mereka pada awalnya hanya berdagang. Tetapi, untuk mengamankan kepentingan nasional serta memaksimalkan laba para pemegang saham, para saudagar VOC mulai berkonfrontasi melawan para penguasa lokal, juga melawan pesaing-pesaing dari Eropa.
VOC mempersenjatai kapal-kapal dagangnya dengan meriam, lalu merekrut banyak tentara sewaan dari Eropa, Jepang, India dan Indonesia.
VOC kemudian membangun benteng-benteng serta menggelar pertempuran dan pengepungan berskala penuh melawan para penguasa lokal di Indonesia.
Perjuangan VOC dalam mengamankan kepentingan nasional negaranya mungkin terdengar agak aneh bagi kita, namun di masa itu masyarakat internasional menerimanya sebagai kewajaran. Mereka menganggap tidak ada yang aneh ketika suatu perusahaan swasta mendirikan imperium.
[ keserakahan dan keangkuhan bangsa Belanda dan Eropa pada umumnya mendorong untuk menguasai dan menjajah Nusantara/Indonesia ]
Pulau demi pulau pada akhirnya jatuh ke pelukan VOC dan sebagian besar Nusantara/Indonesia menjadi koloni VOC.
VOC memerintah Nusantara/Indonesia selama nyaris 200 tahun.
Baru pada tahun 1800 an negara Belanda mengambil alih kendali atas Nusantara/Indonesia dan menjadikannya koloni nasional Belanda selama 150 tahun berikutnya.
Ketika VOC beroperasi di Samudra Hindia, Westindische Compagnie (Kompeni Hindia Barat Belanda) atau WIC fokus menggarap Atlantik. Untuk mengendalikan perdagangan di areal Sungai Hudson yang penting.
WIC mendirikan pemukiman yang dinamai ” Nieuw Amsterdam ” di salah satu pulau di mulut sungai tersebut.
Pemukiman tersebut sering diserang oleh suku Indian serta berulang kali diserang oleh pasukan Britania yang berhasil merebutnya pada 1664.
Orang-orang Britania kemudian menamakan daerah taklukan tersebut New York.
SIsa-sisa tembok yang dibangun WIC untuk mempertahankan koloninya dari orang-orang Indian dan Britania kini menjadi jalan Wall Street.
Seiring berakhirnya abad ke 17, rasa puas diri dan perang antar benua yang menguras biaya menyebabkan Belanda mengalami kehilangan bukan hanya New York, melainkan posisinya sebagai mesin finansial dan imperial Eropa.
Kekosongan tersebut diperebutkan oleh Britania dan Prancis. Prancis nampak lebih unggul daripada Britania.
Prancis memiliki wilayah yang lebih besar, penduduk yang lebih banyak, harta yang berlimpah serta balatentara yang lebih besar dan berpengalaman. Meski begitu, Britania berhasil meraih kepercayaan sistem finansial sedangkan Prancis menunjukan bahwa dirinya tidak layak dipercaya.
Perilaku Raja Prancis yang dikenal dengan nama Gelembung Mississippi mengakibatkan krisis finansial terbesar di Eropa pada abad ke 18. Kisah tersebut juga bermula dengan satu perushaan perseroan terbatan yang tengah membangun imperium.
To be continued….
Cimahi, Minggu, 11 Oktober 2020
-Rizal Ul Fikri CJI
No Responses