Jika Aku Punya Kesempatan untuk Pergi Salah Satu Bagian Dunia, Kemanakah itu ?


Yaa, saya adalah seseorang yang tinggal di Cimahi. Cimahi merupakan bagian dari Bandung Raya, suatu kawasan yang secara administratif terdiri dari Kota Bandung, Kota Cimahi, Kabupaten Bandung dan Kabupaten Bandung Barat. Secara topografi, daerah tersebut memiliki banyak dataran tinggi. Bentuk geografisnya seperti mangkuk. Hal ini disebabkan karena Bandung Raya, terutama Kota Bandung dahulu merupakan danau purba.
Tempat wisata bertemakan alam dan dataran tinggi, baik alami maupun buatan banyak terdapat di Kawasan Bandung Utara dan Kawasan Bandung Selatan. Wilayah ini sejuk dan enak dikunjungi asalkan bukan dalam kondisi ‘weekend’.
Hal yang berbeda terdapat di Kawasan Bandung Barat dan Bandung Timur. Bandung Barat yang memiliki banyak batu kapur serta Bandung Timur yang memiliki banyak industri dan sibuk oleh aktivitas luar kota relatif panas dan gersang.
Bandung Pusat atau Bandung kota, relatif sejuk dengan pemandangan khas perkotaan dengan beberapa bangunan bergaya ‘art deco’. Cimahi, tempat saya tinggal, tidak memiliki keistimewaan yang berarti selain memiliki banyak pusat pendidikan prajurit Angkatan Darat sehingga dikenal sebagai kota hijau atau kota tentara.
Orang-orang berlibur dan pergi untuk melakukan perjalanan wisata, didasari oleh daya tarik suatu destinasi. Tidak semua destinasi dapat dikategorikan sebagai destinasi wisata. Dari perspektif pariwisata, jika tidak ada hal yang menarik, baik sesuatu yang menarik untuk dilihat, dilakukan, dibeli atau kombinasi dari ketiganya, maka orang-orang tidak akan mau bersusah payah untuk mencapai suatu destinasi.
Saya pribadi, cenderung mengunjungi tempat atau suatu destinasi yang bisa memberikan pengalaman yang berbeda dari tempat saya tinggal, macam orang gunung yang senang pergi ke pantai maupun sebaliknya.
Saya tinggal dalam suasana pinggiran kota, dengan kemacetan ala perkotaan. Destinasi wisata yang bisa dicapai dengan mudah (dekat) merupakan dataran tinggi dan tempat terbuka publik di kawasan perkotaan. Maka dari itu, saya selalu menyenangi pantai. Deburan ombak, pasir pantai yang lembut, matahari yang menyengat, air pantai menyegarkan dan berbagai kuliner ‘sea food’. Ada banyak pantai di dunia, tetapi entah kenapa pantai yang selalu ingin saya kunjungi adalah Bali.
Saya pernah mengunjungi Bali pada tahun 2015 dalam rangkaian program karya wisata atau studi tour dengan SMAN 6 Bandung. Dalam kegiatan tersebut, Bali yang luar biasa terasa biasa menjadi teramat biasa dan cenderung membosankan dengan program yang mengikat dan sangat membatasi. Paket wisata seharusnya didesain untuk mempermudah dan memberikan kenyamanan kepada wisatawan untuk menikmati serangkaian kegiatan wisata. Dalam studi tour tersebut, setiap kunjungan dibatasi oleh waktu, saya sedang menikmati obrolan dengan pecalang di Tanah Lot dan woooz…. Waktu habis, saatnya pergi ke destinasi berikutnya. Jadwal ke pantai Pandawa di tengah hari, yang benar saja,….
Kalian menyarankan kami bermain di pantai di tengah teriknya matahari pukul 12.00 ??
Area-area yang tidak boleh dikunjungi dengan berbagai alasan dan pertimbangan, terutama karena berbagai keterbatasan termasuk umur. Terakhir, perhitungan harga wisata sialan yang disetting sedemikian rupa menghasilkan FOC (Free of Charge) untuk banyak guru. Hal tersebut tidak masalah selama saya tidak mengetahuinya, sayangnya sa’at kuliah saya mengambil jurusan Pariwisata dan mempelajari bagaimana perhitungan bisnisnya. Lumayan menyayat hati mengetahui kemana perginya uang tabunganku dan tambahan dana dari orang tuaku di kala itu.
Apa yang sudah terjadi, biarlah terjadi. Kita tidak dapat memperbaiki masa yang sudah lalu. Maka, jika ditanya tempat mana yang sangat ingin saya kunjungi, dengan tegas akan saya jawab Bali. Saya ingin menikmati Bali dengan caraku, pergi mengunjungi pantai ke pantai. Masuk ke desa-desa, berbicara dengan masyarakat desa, pecalang dan tokoh adat di sana. Mempelajari dan menikmati bagaimana kebudayaan Bali dijalankan dan berbagai kegiatan kebudayaan yang bisa kita lihat atau kita ikuti.
Sejak dulu, saya selalu tertarik dengan Majapahit. Nenek saya mendongengi saya bahwa keturunan dan sisa peradaban Majapahit dapat dilihat di Bali. Saya ingin mengunjungi dan bersua dengan kawan saya tanpa terbatas oleh itinerary. Saya banyak menjalin hubungan pertemanan dengan orang Bali dari Kompetisi Pariwisata Indonesia ke 10 di Bandung serta lomba-lomba debat yang saya ikuti semasa kuliah di Jabodetabek.
Dari segi agama Islam, hal ini disebut sebagai silaturahmi. Saya mempercayai bahwa silaturahmi dapat memperpanjang umur dan rezeki.
Jadi, jika anda punya waktu, tenaga, uang, minat dan kesempatan, cobalah setidaknya sekali dalam seumur hidup untuk melakukan suatu perjalanan. Pergilah ke suatu tempat di dunia ini yang belum pernah anda kunjungi. Ada banyak hal di dunia ini yang mungkin belum pernah anda lihat. Sekalipun anda pernah melihatnya di internet, setidaknya anda dapat mengalaminya dan menjadikannya pengalaman. Merekam dan menonton bagian kehidupan orang lain adalah pengganti yang buruk dari menjalaninya.
Terakhir, Eric Wiener dalam bukunya ” Geography of Bliss ” pernah mengatakan bahwa
“ Barang siapa pergi jauh, dia memerlukan kecerdasan. Orang bodoh harus tinggal di rumah. ”
Cimahi, Rabu, 16 September 2020
-Rizal Ul Fikri CJI
No Responses