TACES 2019 : Sebuah Ajang Kontes Intelektual


Dalam perlombaan apapun, selalu ada pihak yang menang dan ada yang kalah. Saya ingat salah satu kemenangan tim saya dalam salah satu ronde perlombaan debat.
Lomba tersebut bernama ‘TACES 2019’ dan dilaksanakan di Telkom University pada tanggal 12 – 14 April 2019.
Ada berbagai kategori lomba bahasa Inggris dalam acara tersebut, ada Story Telling, Debate, Speech, Scrabble, Newscasting dan Movie Making.
Saya mewakili Politeknik Negeri Bandung dalam cabang lomba debat.
Saya mempunyai kesan dalam kemenangan saya di lomba ‘TACES’ kategori debat ronde 2 ‘prelimenary round’, sebab di ronde tersebut tim saya memenangkan ronde tersebut dengan ‘Victory Points’ yang besar.
Tipe lomba debatnya adalah British Parlimentary dengan mempertandingkan 4 tim di satu ruangan dalam satu ronde. Dalam ‘role fullfilment’, tim saya mendapat Closing Oposition (CO).
CO mendapat giliran untuk berbicara di urutan terakhir dengan urutan Opening Government (OG), Opening Oposition (OO), Closing Government (CG) dan Closing Oposition (CO).
Menjadi (CO) merupakan salah satu role paling sulit, karena semua ‘argument’ utama pasti sudah disampaikan oleh tim yang mendapat giliran berbicara sebelumnya.
Maka tugas CO adalah membuat ‘argument’ kreatif baru yang bisa meng’counter’ serangan dari tim government dan ‘argument’ yang lebih baik dari Opening Oposition.
Tugas CO adalah mengkritisi semua ‘argument’ yang ada sebelum menyampaikan ‘argument’nya sendiri dan menutup debat menggunakan ‘closing statement’ (kesimpulan).
Mosi debat di ronde tersebut adalah
“This House would cancel pantent for Big Pharmacy Company”.
Artinya, ” Pemerintah akan membatalkan patent untuk perusahaan farmasi besar. ” Mosi adalah solusi, maka dari itu tugas kita sebagai debator adalah mencari permasalahan yang dapat memberikan justifikasi untuk menerapkan mosi sebagai solusi.
Patent adalah hak eksklusif inventor atas invensi di bidang teknologi, yang selama periode tertentu melaksanakan sendiri invensinya tersebut atau memberikan persetujuannya kepada pihak lain untuk melaksanakannya.
Patent termasuk dalam hak kekayaan intelektual.
Patent memiliki tanggal kadaluarsa, yang pada akhirnya dengan suatu regulasi data penelitian atas patent bisa diakses publik, meski tidak menutup kemungkinan patent bisa diperpanjang dan diperbaharui.
Tim Government menyatakan bahwa patent berbahaya, maka dapat menimbulkan persaingan tidak sehat terutama dalam industri bisnis farmasi. Persaingan antara perusahaan besar dan perusahaan kecil.
OG memaparkan bahwa patent dalam industri farmasi membuat obat-obatan menjadi mahal, itu memberatkan masyarakat, terutama warga miskin (kurang/tidak mampu). Oleh sebab itu mereka setuju untuk membatalkan patent.
OO memaparkan bahwa patent berperan sebagai ‘quality control’ dari obat-obatan yang beredar di masyarakat. Percuma obat murah jika kualitasnya tidak bagus. Maka mereka tidak setuju untuk membatalkan patent.
CG memaparkan patent menghasilkan monopoli harga, oleh karenanya jangan satukan urusan pencarian obat dalam rangka pelayanan kemanusiaan dengan bisnis. Bagaimanapun ceritanya pemerintah bertugas sebagai regulator untuk menciptakan obat yang murah dengan kualitas yang bagus.
Karena OO mendapat giliran terakhir, kami mempunyai banyak bahan dari beberapa ‘argument’ sebelumnya, sehingga kami berkesempatan untuk menutup banyak kekurangan beragam ‘argument’ yang dipaparkan.
Hasilnya adalah sebagai berikut:
- Ini semua adalah tentang bisnis, ada beberapa alasan utama kenapa patent bisa ada dan mengapa perusahaan farmasi menggunakan patent.
1.1 Patent membuat harga produk tinggi, padahal semua perusahaan menginginkan profit yang besar. Maka mereka akan menggunakan berbagai cara dan upaya untuk mendapatkan profit, salah satunya menggunakan patent.
1.2 Riset dan pengembangan untuk menemukan obat relatif mahal.
Tanpa patent, maka mereka tidak akan mendapatkan profit, tanpa profit perusahaan tidak akan mau melakukan riset dan pengembangan.
Yang pada akhirnya riset dan pengembangan menentukan kualitas produk yang beredar di masyarakat. - Mengapa membatalkan patent bisa berbahaya ?
Karena tanpa patent perusahaan, terutama perusahaan farmasi besar tidak akan mau melakukan riset dan pengembangan. Ini tidak baik bagi masyarakat, sebab penyakit selalu berkembang setiap waktu.
- Mengapa dengan tidak membatalkan patent bisa berdampak baik bagi negara ?
Tujuan yang OO inginkan adalah penyediaan obat yang berkualitas untuk masyarakat. Dengan patent, maka akan merangsang perusahaan untuk melakukan riset dan pengembangan.
- Bagaimana Negara meregulasi harga yang diakibatkan oleh patent ?
Dengan membatasi harga penjualan, seperti membuat HET (Harga Eceran Tertinggi).
Jika perusahaan menjual di atas harga yang diizinkan pemerintah, maka patent akan dicabut oleh pemerintah. Sehingga pada akhirnya, harga terkontrol dan riset serta pengembangan berjalan terus.
Itu pembahasan tentang patent di dunia perlombaan dengan pengetahuan yang terbatas.
Di dunia nyata,
Hak Kekayaan Intelektual atau ‘HAKI’ merupakan isu besar. Peraturan hak patent internasional yang baru sangat ketat dan bisa menghancurkan industri farmasi seperti di India, dimana perusahaan farmasi di India membuat harga obat relatif lebih murah.
Dahulu, hanya ada hak patent proses, yang mengizinkan orang mencari cara yang lebih pintar untuk membuat suatu produk. WHO mengenalkan hak paten produk,
yaitu mengizinkan perusahaan untuk tidak hanya mempatenkan proses pembuatan, tetapi juga produk yang dihasilkan dari proses itu.
Hak paten atas produk dapat mematikan inovasi, sangat tidak efisien dan mengacaukan pasar.
Negara seperti Amerika, Inggris dan Jepang tidak akan membiarkan hak paten produk atau membiarkan pihak asing mengontrol pers dan media mereka ketika sedang berkembang. Namun, mereka sekarang memaksakan “disiplin pasar” ini di negara dunia ketiga.
Contoh lain adalah perekrutan ilmuan. Perusahaan asing membayar gaji jauh lebih tinggi dari jumlah yang biasa diterima peneliti, di India misalnya.
Perusahaan asing mendirikan lembaga-lembaga riset dengan fasilitas yang tidak terbayangkan oleh ilmuan di India sebelumnya. Hasilnya perusahaan-perusahaan asing bisa merekrut para ilmuan terbaik di India.
Para Ilmuan itu mungkin gembira, demikian juga perusahaan.
Namun, ini sebenarnya tidak baik bagi negara India, yang pernah memiliki beberapa riset pertanian paling canggih di dunia.
Seorang petani di India dahulu mempunyai tempat untuk singgah dan berkata,
“ Ada hama aneh di ladangku, bisakah kamu melihatnya ? ”
Sekarang, semua itu telah dibeli oleh perusahaan asing. Oleh sebab itu, petani akan lebih berorientasi pada tanaman ekspor untuk pasar tertentu dan produk-produk impor bersubsidi dari luar negeri akan dijual dengan harga lebih murah dari produk lokal.
Tidak ada hal yang baru tentang ini. Ini adalah bagian dari sejarah panjang “eksperimen” yang dilakukan oleh negara-negara kuat (adidaya) di dunia.
Akankah bangsa dan negara Indonesia bisa keluar dari permasalahan yang membelit ‘permanen’ dunia pertaniannya ?
Bandung, Rabu, 13 Mei 2020
-Rizal CJI
The First Men
No Responses