Merokok Dilarang, Dunia Masih Produksi !


“Merokok dapat menyebabkan kanker, serangan jantung, gangguan kehamilan dan janin,” ini tulisan yang tidak asing, biasa kita temukan dalam kemasan bungkus rokok yang dijual di Indonesia.
Hari ini tulisan tersebut sudah disederhanakan menjadi “merokok membunuhmu” dan dilengkapi dengan gambar-gambar mengerikan tentang organ-organ tubuh yang rusak akibat merokok. Ada foto organ jantung, paru-paru, bibir, tenggorokan dan lain sebagainya. Tetapi nampaknya, hal tersebut masih belum berhasil menekan jumlah perokok di Indonesia bahkan dunia yang setiap tahun jumlahnya terus meningkat.
Hal ini berkebalikan dengan kondisi dunia. Warga dunia sudah mulai sadar akan kesehatan dirinya dan mulai mengurangi konsumsi rokok, sedangkan Industri rokok di Indonesia terus berkembang.
Indonesia, suatu negara di Asia Tenggara merupakan produsen tembakau terbesar di dunia. Negara ini menempati rangking tertinggi dunia untuk kategori jumlah perokok.
Pada tahun 2018 saja, 76% pria di Indonesia sudah kecanduan rokok (perokok).
Artinya, dari setiap 4 orang, 3 diantaranya adalah perokok. Lebih jauh, dilaporkan bahwa 30% anak Indonesia sudah mulai mengenal rokok sebelum berusia 10 tahun.
Beberapa tahun belakangan, sempat viral seorang bocah 2 tahun dari Sumatera yang dalam satu hari mampu mengkonsumsi 40 batang rokok.
Akibat dari kebiasaan merokok ini, di Indonesia kurang lebih 300.000 nyawa melayang setiap tahun sebagai dampak dari penyakit yang dihasilkan dari merokok. Salah satu teman saya mengatakan bahwa merokok adalah bagian yang sudah mengakar kuat di masyarakat Indonesia.
Ada 4 alasan utama mengapa hal tersebut bisa terjadi.
Pertama, rokok di Indonesia relatif murah. Harga dari sebungkus rokok tidak lebih dari US $ 2. Dan mereka (rokok) mudah ditemukan, dari supermarket besar hingga warung kecil di pinggir jalan.
Harga sebungkus rokok berikisar antara RP 17.000 hingga Rp 28.000, tidak lebih dari US $ 2.
Alasan kedua, di Indonesia ada banyak sekali iklan rokok.
Pada tahun 2017, perusahaan rokok di Indonesia menghabiskan US $ 474 juta untuk iklan. Mereka menyasar target pasar dewasa dan anak-anak, hal yang benar-benar gila.
Ketiga, tidak ada pembatasan.
Di Indonesia merokok di kantor dan tempat umum bukan merupakan hal yang ilegal. Jadi, meskipun anda bukan perokok, resiko menjadi perokok pasif tetap akan mempengaruhi paru paru anda.
Terakhir, merokok menurut orang Indonesia merupakan aktivitas yang keren.
Di Amerika, anak-anak tumbuh dengan program D.A.R.E (Drug Abuse Resistance Education), suatu program edukasi tentang kesadaran dan pencegahan penggunaan narkoba.
Sedangkan di Indonesia, terutama bagi anak-anak, merokok merupakan hal yang keren dan hal yang populer untuk dilakukan dan aktivitas yang dicari untuk mencari kenikmatan. Saya pribadi cukup sedih mengetahui hal ini terjadi.
Seharusnya pemerintah bisa melakukan tindakan lebih, seperti membatasi iklan rokok dan memperketat penerapan aturan pembatasan usia untuk membeli rokok.
Jika hal ini bisa dilakukan secara optimal, maka bisa menyelamatan ratusan hingga ribuan nyawa di Indonesia.
[ Lebih dari 6 juta orang yang hidupnya bergantung pada industri rokok.
Mulai petani tembakau, pegawai pabrik membuat rokok sampai para penjual dari hulu sampai hilir.
Mampukah pemetintah merelokasi atau meng-alih profesikan 6 juta lebih para pekerja di balik industri rokok ? ]
Cimahi, Rabu, 29 April 2020
-Rizal CJI
No Responses