banner 728x90

Antara Salah Konsep Pemikiran Dengan Pendapat Pribadi

Antara Salah Konsep Pemikiran Dengan Pendapat Pribadi

Hingga saat ini, masih banyak sekali orang-orang di sekitaran kita yang tidak mengenakan masker atau protokol kesehatan sa’at di luar rumah. Mereka beranggapan bahwa virus itu tidak akan terjangkit, karena orang sekitarnya tidak ada yang terjangkit.

Padahal, secara medis virus itu bisa terbang hingga 2 meter. Artinya, bahwa ketika kita berinteraksi secara sosial dengan orang lain tidak sampai 1 meter dan itu bisa menjadikan indikasi tertularnya virus.

Begitu juga ketika kita ke Masjid, maka masyarakat beranggapan bahwa virus tidak akan datang (menular) di rumah Allooh SWT. Bahkan dengan santainya mereka tidak melakukan physical distancing atau jaga jarak agar tidak tertular virus.

Anggapan bahwa virus juga makhkuk ciptaan Allooh SWT memang benar dan itu bukan merupakan pendapat yang salah. Tetapi yang perlu kita pahami adalah Agama Islam sendiri melarang keras (melakukan) hal yang bisa membahayakan umat/orang banyak dan kita sering mendengar bahwa menjaga itu lebih baik daripada mengobati.

Masalahnya adalah virus ini mematikan. Data yang update, jumlah orang yang terkonfirmasi virus ini per tanggal 25 April 2020 sebanyak 8.607 orang dan orang meninggal sebanyak 720 orang. Ini berarti bahwa kita tidak disiplin dalam hal social distancing dan physical distancing.

Ada satu hal yang mengagetkan ketika melihat di lapangan ada pengurus Masjid ketika Shalat Tarawih pada hari pertama jama’ah dianjurkan untuk mengenakan masker, mencuci tangan di luar Masjid, jaga jarak antar jama’ah dengan tujuan mencegah virus corona ini.

Pada hari kedua, ketika Sholat akan dimulai pengurus Masjid menginstruksikan kepada jama’ah untuk merapatkan barisan. Tapi, itu terserah jama’ah, kalau ada yang tetap melaksanakan physical distancing tidak dipermasalahkan oleh pengurus masjid setempat. Parahnya, jama’ah mengikuti dengan merapatkan shaf dan ada juga yang tidak mengenakan masker.
Hal ini berbanding terbalik dengan kondisi di hari pertama yang ketat melaksanakan aturan pemerintah.

Ternyata, pada hari pertama mereka melakukan sesuai protokol pemerintah agar oleh petugas pemerintah daerah setempat, mereka tetap bisa melaksanakan kegiatan Shalat Tarawih secara berjamaah.
Yah, kejadian ini sedikit agak mengecewakan bahwa masyarakat pun secara tidak sadar telah melanggar aturan yaitu tidak melaksanakan social distancing dan physical distancing ketika berada di rumah Allooh SWT.

Mungkin masyarakat berpendapat bahwa itu rumah Allooh yang tidak mungkin ada (kena) virus. Memang tidak salah berpendapat seperti itu andai pengurus dan jama’ah sangat menjaga ketat kebersihan Masjid itu.
Tetapi ingatlah bahwa mencegah lebih baik daripada mengobati.

Demikian juga dengan ajaran Agama Islam yang menyatakan bahwa hal apapun yang mengandung bahaya itu sangat diharamkan untuk dilakukan. Sehingga kita harus memahami hal seperti itu.

Mari kita lihat negara lain yang bisa melaksanakan hal yang serupa bahkan sudah melakukannya.
Wuhan China contohnya, penduduknya telah melakukan berbagai hal demi kesembuhan mereka, termasuk untuk tidak keluar rumah atau stay at home.
Alhasil, mereka berhasil melewati ujian wabah virus, COVID-19 ini.

Kemungkinan Wuhan sekarang sudah kembali normal seperti sedia kala seperti sebelum serangan Covid-19 melanda wilayah mereka.

Kenapa Indonesia tidak bisa ?

Memang kita tidak seoerti negara luar.
Indonesia adalah bangsa yang mempunyai kultur budaya berbeda dengan negara lain. Tapi jangan sampai kita salah dalam pemikiran ketika menghadapi hal-hal yang darurat seperi pandemi Covid-19 ini.

Hal yang mencengangkan terjadi di lapangan bahwa masyarakat menganggap masker atau alat pelindung diri yang dibagikan secara gratis harus mereka simpan dengan alasan supaya maskernya awet.
Padahal tujuan dari dibagikannya masker secara gratis adalah untuk memutus rantai penyebaran virus corona, Covid-19. Sehingga wajib dipake oleh masyarakat dalam melaksanakan aktivitas sehari-hari, jikalau memang ‘social distancing’ sulit untuk dilaksanakan.

Bahkan, ada juga orang yang memakai masker, tetapi tidak menutupi mulut dan hidung mereka yang berfungsi sebagai pintu utama virus itu menyebar ke tubuh kita.
Mereka hanya memakai masker bergantung di leher saja. Mungkin biar terlihat keren atau hanya sebagai syarat pemakaian masker saja. Hal ini terjadi di tengah masyarakat kita.

Tidak men’judge’ buruk. Tapi harapannya mari kita sadar diri untuk melaksanakan protokol kesehatan, pake masker (tutup mulut dan hidung) ketika sedang beraktivitas di luar rumah demi menjaga diri kita sendiri dan orang lain.

Jombang, Senin, 27 April 2020

Manda CJI

banner 468x60

Subscribe

Thanks for read our article for update information please subscriber our newslatter below

No Responses

Tinggalkan Balasan