Jaga Agar Mereka Tetap Miskin : Wawancara Robert T Kiyosaki tentang Pendidikan Keuangan (Part 3: Ending)


R = Robert
G = Guru Robert
I = Pewawancara dari Motivation Hub
Robert sempat mengalami keruntuhan ekonomi. Orang-orang kepercayaanya menghianatinya, tapi menurutnya itu merupakan hal yang bagus, sebab Robert menyatakan bahwa dia belajar dan bertumbuh dari kejadian itu. Orang-orang sangat takut membuat kesalahan, karena itu diajarkan di sekolah, maka mereka tidak mempunyai pertumbuhan. Spriritualitas seseorang bisa baik dan buruk, ada benar ada salah, ada atas ada bawah.
Robert mengatakan bahwa dia tidak semiskin standar kemiskinan orang kebanyakan, tetapi dia berasal dari keluarga dengan mentalitas orang miskin. Orang kaya, orang miskin dan kelas menengah dimulai dari suatu hal yang fundamental yaitu pola pikir.
Pola pikir kemiskinan itu diwariskan dan diajarkan di keluarga.
Orang kelas menengah diwariskan tentang perjuangan mencari uang, khawatir tentang uang dan kebanyakan tidak bahagia. Tidak bahagia meskipun menghasilkan uang banyak, tetapi tidak bahagia dengan hal yang mereka lakukan.
Kelas menengah diajarkan “kamu harus dapat pekerjaaan dan kerja keras jika tidak, maka kamu tidak akan pernah menjadi kaya.”
Sistem pembelajaran di sekolah tidak pernah dan tidak akan pernah mengajarkan anda tentang uang. Sistem sekolah didesain untuk menyiapkan anda menjadi pegawai/buruh atau dokter, pengacara, specialist, tetapi tidak pernah tentang uang.
Kebanyakan orang keliru dan kurang pengetahuan tentang dunia bisnis sungguhan, seperti akuntansi, hutang, pajak, anda seharusnya tahu tentang itu semua, tetapi mereka tidak mengajarkan tentang itu di sekolah untuk semua orang.
Saat Robert ditanya oleh orang-orang, bagaimana ‘Rich Dad’ belajar tentang uang sementara ‘Poor Dad’ (ayah kandungnya) tidak.
R : ” Sederhana, ayah dari ‘Rich Dad’ meninggal ketika ‘Rich Dad’ berusia 13 tahun. Maka mendiang ayahnya mewariskan bisnis keluarga kepada ‘Rich Dad’ dan diamanatkan untuk bisnis itu tetap berjalan.
Maka ‘Rich Dad’ drop out dari sekolah yang mana itu merupakan berkat, sebab berkat tidak nampak seperti berkat, tetapi pada akhirnya berubah menjadi berkat. Guru-gurunya berubah dari guru-guru di sekolah. Guru-gurunya menjadi (para) Akuntan, Pengacara, Konsultan, Bankir, Agent Real Estate.
Jadi dia mendapat guru-guru sungguhan. Bukan guru palsu yang mengajar di sekolah.
Mayoritas guru di sekolah keluar dari etika, mereka mengajarkan ilmu yang mereka sendiri tidak praktikan.
Saya pernah bertanya ke guru saya ketika di sekolah. Ketika saya di tahun ketiga mempelajari kalkulus.
Nama materinya adalah ‘kekuatan material’.
Robert bertanya pada sang guru,
R : ” Apakah saya akan menggunakan materi ini ? “
G : ” Tidak akan. “
R : ” Lantas mengapa mengajariku hal itu ? “
G : ” Sebab saya dibayar untuk itu. “
R : ” Anda pernah menggunakannya ? “
G : ” Tidak. “
Oleh sebab itu, Robert berpesan untuk memenangkan pertempuran dalam hidup, kita harus berguru pada guru sungguhan, bukan guru palsu.
Guru palsu mengajarkan ilmu yang mereka sendiri tidak lakukan.
Guru sungguhan melakukan yang mereka ajarkan setiap hari.
R : ” Akuntanku, Pengacaraku ada di lapangan setiap hari, dan itu bagaimana saya belajar, sebab setiap hari saya menyelesaikan masalah dalam bisnis.
Saya mendapatkan ilmu dari Pengacara saya, Akuntan Saya, Bankir saya dan pihak-pihak lain dari perusahaan setiap hari dengan menyelesaikan masalah secara kolektif dan kolaboratif. “
I : ” Anda membeberkan semua ilmu itu, bagaimana reaksi teman-teman kaya anda ? “
R : ” Mereka menatapku ngeri, jangan beritahu itu Rob, biarkan mereka tetap miskin. “
Masalahnya, orang miskin akan selalu ada di sekitar kita, sebab itu semua diawali dengan pola pikir.
Dan hal itu ada dalam kata-kata mereka, menjadi kebiasaan dan kepercayaan yang mandarah daging.
“ Saya tidak mampu membelinya,”
“ saya tidak bisa melakukannya. ”
dan mereka akan tetap miskin dan menjadi apa yang mereka katakan.
‘Poor Dad’ sering kali memarahi Robert,
“ Kamu pikir aku apa ? Memangnya aku terbuat dari uang ?
Kita tak mampu membelinya.”
Maka dari itu dia tetap dan akan tetap menjadi miskin.
Orang miskin selalu beralasan,
“ Saya tidak mampu, ”
“ Saya tidak punya uang, ”
” Saya tidak ada waktu untuk membelinya. “
Itu hanyalah pelarian dan alasan.
Orang kaya berbeda,
dalam pola pikirnya, kata-kata yang keluar akan menjadi,
” Bagaimana agar saya mampu membelinya ? ”,
” Bagaimana saya memperolehnya ? “,
“ Apa yang dibutuhkan ? ”
“ Mengapa aku harus membelinya ? ”
Pertanyaan membuka pikiran, kalimat menutupnya dan menunjukan jalan.
Saat anda berkata,
” Saya tidak mampu. ”,
maka pikiran anda akan tertutup dan anda menjadi apa yang anda katakan.
Pada akhirya, setiap orang memang berbeda, ada yang bermain ‘Rugby’ (sejenis sepakbola, boleh pake tangan) atau sepakbola yang mana merupakan permainan team, ada juga yang bermain golf dan penyendiri.
Robert mengatakan bahwa permainannya adalah Bisnis yang Utama dan bisnis Real Estate. Nasihat paling penting terutama untuk orang muda adalah
“ Temukan permainanmu ! “
Sumber : https://www.youtube.com/watch?v=azq0S0DKS50&list=LLcKYq6GKBKhH1LRNChvbE4A&index=3&t=97s
Bandung, Jumat, 24 April 2020
-Rizal CJI
No Responses