Penaklukan Bangsa Eropa dan Hal yang Menghentikannya


Indonesia merupakan salah satu negara yang mempunyai kisah dan sejarah panjang sebagai bagian dari penjajahan di atas dunia.
Penjajahan tersebut dilakukan oleh imperialis barat, salah satu yang paling terkenal adalah melalui politik ‘devide et impera’ yaitu suatu sistem untuk memecah belah dan mengadu domba (kekuatan) kerajaan-kerajaan di Indonesia.
Kerajaan pun berselisih baik secara internal antar Putra Mahkota maupun perselisihan dengan kerajaan lain.
Secara alamiah, setiap penakluk akan memainkan strategi memecah belah. Mereka akan bergabung (mendukung) dengan salah satu pihak yang bertikai seraya mengeksploitasi konflik lokal antar kelompok yang terjadi.
Gaya ini hampir selalu digunakan oleh penakluk/penjajah dari barat dan dapat dijumpai dimanapun di dunia.
Ketika Pasukan Amerika menaklukan Filipina dan menghabisi ratusan ribu orang Filipina, mereka dibantu oleh suku-suku asli Filipina.
[ Sejarah pendirian negara Amerika sendiri hasil dari pembantaian jutaan nyawa bangsa Indian penduduk asli benua Amerika ]
Di tempat lain, 90% tentara Inggris yang digunakan untuk mengontrol India adalah orang asli India.
Ada data statistik yang menyatakan bahwa ketika puncak kekuasaan Inggris di India, jumlah tentara Inggris (asli Inggris) tidak sampai mencapai angka 150.000 di India.
Penaklukan tidak hanya terjadi di Dunia Ketiga. Contohnya penaklukan Nazi di Eropa Barat yang baik dan beradab (dianggap lebih maju).
Yaitu di negara seperti Belgium, Belanda, Luxembourg dan Prancis. Penduduk asli membantu Nazi dalam menangkapi orang Yahudi.
Seringkali, penduduk lokal menangani orang Yahudi lebih cepat dibandingkan Nazi.
Nazi juga menggunakan orang Yahudi sendiri untuk memburu dan mengontrol orang-orang Yahudi.
Andaikata Amerika Serikat dikalahkan dan ditaklukan oleh Rusia, maka orang seperti Ronald Reagan, George Bush, Elliot Lincoln dan orang-orang setipe mereka akan bekerja untuk penakluk dan mengirim orang-orang sebangsanya ke kamp konsentrasi, sebab mereka memiliki pribadi semacam itu.
Itulah pola penaklukan tradisional yang ada. Penakluk hampir selalu menggunakan kolaborator untuk menjalankan rencana mereka. Secara teknis, mereka memainkan permusuhan dan persaingan tidak sehat untuk membuat suatu kelompok tertentu melawan kelompok lainnya.
Begitulah cara para penakluk bekerja. Mereka selalu dan akan selalu bekerja dengan cara seperti itu, termasuk di India.
Lebih lanjut soal India, Inggris menggunakan kebijakan pemisahan dan penguasaan Kerajaan Inggris di India dengan memainkan konflik Hindu melawan Moeslem.
Bukan berarti bahwa India yang sebelumnya merupakan tempat yang damai sejahtera. Juga bukan berarti bahwa dunia barat adalah negeri impian yang penuh dengan kedamaian.
Tetapi, tidak diragukan lagi, suatu fakta bahwa kemanapun orang Eropa pergi, mereka menaikan tingkat kekerasan ke level yang signifikan. Hal ini sudah terbukti sejak abad ke 18.
Salah satu hal yang mendasarinya adalah bahwa Eropa mempunyai latar belakang yang keras, mereka telah bertempur dalam perang ganas dan mematikan antar sesamanya. Hal itu menghasilkan budaya kekerasan tingkat tinggi yang tidak tertandingi.
Deskripsi ekspansi yang dilakukan oleh bangsa Eropa sangat luar biasa. Para pedagang Inggris dan Belanda (lebih tepat disebut kesatria pedagang), mereka bergerak ke Asia dan mendarat ke area perdagangan yang sudah maju dan berkembang dalam waktu yang lama, berinteraksi dengan penguasa yang mapan dan baik.
Tempat tersebut secara umum merupakan tempat perdagangan yang baik dan damai (semacam kawasan perdagangan bebas).
Orang Eropa dengan segala kelakuan buruknya, pada akhirnya menghancurkan semua itu dengan cara mereka dengan hanya sedikit pengecualian. Sejarah perang bangsa Eropa tidak lain daripada perang pemusnahan.
Para penduduk asli belum pernah melihat hal-hal seperti ini. Salah satu bangsa kuat yang mampu menahan gempuran Eropa adalah China dan Jepang. China memiliki aturan yang ketat, teknologi dan kekuasaan yang kuat, oleh sebab itu mereka dapat menahan intervensi barat dalam waktu yang panjang.
Namun pada akhirnya pertahanan mereka runtuh di abad ke-19. Jepang hampir sepenuhnya berhasil menahan intervensi barat. Ini adalah salah satu alasan Jepang menjadi satu-satunya negara dunia ketiga yang tak terjajah dan maju sebagai negara industri.
Maka, dunia ketiga menyalahkan sejarah imperialisme atas penderitaan yang mereka alami.
Sedangkan Barat (sebagai antagonis dalam kasus ini) mempunyai pandangan yang berbeda.
Angelo Codevilla, seorang sarjana dari Hoover Institute di Standford menyatakan bahwa para intelektual barat membenci budaya dan latar belakang sejarah mereka, oleh karena itu mereka mengakhiri kolonialisme.
Hanya peradaban dermawan yang bisa menjalankan tugas suci kolonialisme demi menyelamatkan orang-orang barbar di Eropa dari takdir yang nestapa. Orang Eropa melakukannya, dan mendapatkan karunia dan keuntungan yang melimpah.
Namun, para intelektual barat menentangnya dan memaksa mereka menarik diri. Hasilnya adalah apa yang anda saksikan hari ini.
Sumber :
Chomsky, N. (2016). How The World Works (Vol. III). (D. Mawesti, Ed., & T. Setiadi, Trans.) Yogyakarta, Daerah Istimewa Yogyakarta, Indonesia : Bentang Pustaka.
Bandung, Rabu, 22 April 2020
-Rizal CJI
No Responses