Gaya Amerika dalam Perannya Sebagai Negara Adidaya Tunggal


Bagaimana pendapat anda jika dinasehati cara melakukan sesuatu dan dituntut untuk melakukannya ?
Dalam pertanyaan ini, anda tidak mengetahui apakah “sesuatu yang dilakukan” ini dan apakah hal itu akan berdampak baik atau buruk. Jika berdampak buruk, mungkin anda akan memilih untuk tidak melakukannya, tetapi jika yang menyuruh anda adalah pihak yang menguasai dunia, masihkah bisa menolak ?
Saya rasa tidak, suka atau tidak suka, tidak ada pilihan. Itulah yang terjadi di banyak negara di dunia dan yaa, pihak yang memaksa anda (dengan halus) untuk melakukan hal tersebut adalah Amerika Serikat (AS).
Melakukan apa ?
Menerapkan model ekonomi kapitalis. AS seringkali mendesak penerapan model ekonomi kapitalis ke berbagai negara yang mereka kehendaki, terutama negara dunia ketiga.
Dengan model ekonomi kapitalis, akan mudah bagi AS untuk mengeksploitasi berbagai sumber daya dari negara, ingat bahwa AS sudah merencanakan model sistem tatanan dunia yang dinamakan Grand Area.
Negara yang menerapkan model ekonomi kapitalis pada akhirnya akan bergerak ke arah peran baru seperti Brazil atau Meksiko. Meskipun begitu, AS tak menerapkan hal itu untuk negaranya, melainkan memaksakan konsep itu dipake oleh negara-negara dunia ketiga.
[ termasuk Indonesia sejak Soeharto menumbangkan Soekarno dan berkuasa mulai 1970 ]
Hampir selama abad 20 ini AS memjadi kekuatan ekonomi dunia yang paling dominan dan tak terkalahkan. Hal ini membuat perang ekonomi menjadi salah satu senjata alternatif yang mematikan.
Mengapa ?
Karena hal ini termasuk berbagai tindakan represif seperti embargo ilegal dan penguatan IMF (bagi negara negara yang lemah tentunya).
[ peran AS terutama IMF pada pelengseran Soeharto sangat kental dan jelas sekali.
Ibarat pepatah lama
“Habis manis, sepah dibuang”
Ketika jaya dipuji dan dipuja, namun ketika jatuh dicampakan ]
Tetapi, selama 20 tahun terakhir, ekonomi AS relatif mundur jika dibandingkan dengan Jepang dan Eropa dibawah pimpinan Jerman. Meskipun begitu, di saat bersamaan kekuatan militer AS unggul secara mutlak.
Dahulu, ketika Soviet masih berdiri, ada batasan dari kekuatan AS, terutama di daerah yang tidak dikuasai AS secara langsung.
AS tidak bisa bertindak terlalu jauh sebab sering kali Soviet medukung pemerintahan dan gerakan politik yang ingin dihancurkan oleh AS.
Salah-salah bertindak, maka bisa membimbing dunia ke perang nuklir.
Tetapi apa daya, pada akhirnya Soviet pun runtuh. Dengan runtuhnya Soviet, AS menjadi lebih leluasa dalam menggunakan kekuatan dan kekuasaanya di dunia. Sudah barang tentu jika ingin menang dalam pertempuran, maka harus mememainkan kartu andalan, kartu andalan Amerika adalah kekuatan.
[ jadilah AS berperan sebagai penguasa tunggal ]
Jika AS berhasil mendikte dunia dan menegakan prinsip bahwa dengan kekuatan bisa menguasai dunia, itu adalah kemenangan besar. Sebaliknya, jika setiap konflik dan konfrontasi diselesaikan dengan cara -cara damai, itu akan sangat merugika AS.
Para pesaing AS pastinya lebih ahli dalam permainan tersebut.
Bagi AS, diplomasi merupakan opsi yang buruk, kecuali jika bisa dijalankan di bawah ancaman senjata. Tujuan AS di dunia ketiga adalah mendapatkan sedikit dukungan, sebab gaya AS adalah dominasi dan eksploitasi. Penyelesaian diplomatik digunakan untuk merespons, oleh sebab itu negosiasi adalah hal yang dihindari AS. Meski begitu, penggunaan kekuatan untuk mengendalikan dunia ketiga adalah pilihan terakhir.
[ pada masa jelang kejatuhan Soeharto, selain tekanan sangat kuat dari IMF, Kapal Induk AS sudah siap berada di peraihan. Indonesia ]
IMF seringkali menjadi instrument yang lebih efektif jika dibadingkan dengan CIA maupun SEAL. Namun, tetap saja tinju besi harus tetap disiapkan kapanpun dibutuhkan.
Sejak 1950 AS telah mempersiapkan ini melalui sistem di Pentagon, termasuk NASA dan Departemen Energi yang memproduksi senjata nuklir.
Itulah yang menjadi gaya Amerika dalam perannya sebagai negara adidaya tunggal pasca Perang Dingin.
Bandung, Minggu, 19 April 2020
-Rizal CJI
No Responses