Sunda Land


Sunda, jika mendengar kata tersebut ingatan kita akan dibawa ke salah satu suku di Indonesia yang mendiami daerah Jawa Barat.
Suku Sunda dikenal di Indonesia sebagai salah satu suku yang mempunyai cita rasa seni yang tinggi, hal ini dibuktikan banyaknya musisi dan artis yang bersuku Sunda.
Orang Sunda juga dikenal sebagai orang yang humoris, mereka ahli membuat kelakar atau sering disebut sebagai ‘heureuy’.
Selain itu, orang Sunda sangat dikenal akan sifatnya yang rendah hati, baik hati, ramah dan sifatnya yang suka memberi.
Keramah tamahan ini disebut sebagai ‘someah’.
Secara umum, itulah yang ada di benak orang-orang sa’at mendengar kata Sunda.
Kang Wiwih, seorang budayawan yang memiliki pekerjaan sampingan sebagai Owner dari Hotel Cipaku mengatakan,
“Kata Sunda artinya kilauan Emas, ini disebabkan karena di masa lalu Kota Bandung menjadi tempat transaksi emas di Hindia Belanda.”
Penamaan ini mungkin dinamakan oleh bangsa Belanda, bisa iya bisa tidak.
Selain itu, ada hal yang tidak disadari banyak orang di Indonesia dan Jawa Barat bahwa dahulu sa’at zaman es pernah ada istilah geologis yang merujuk pada pulau di Asia Tenggara yang dinamakan ‘Sundaland’.
Nama ‘Sundaland’ adalah nama yang diakui oleh dunia, hal ini disampaikan oleh Stephen Oppenheimer dalam wawancara dengan detik.com.
Stephen Oppenheimer adalah seorang professor dari Oxford yang menulis buku “Eden In The East : Benua yang tenggelam di Asia Tenggara”.
Di mata ahli Geologi, nama ‘Sundaland’ adalah sebuah paparan benua. Benua yang exis di zaman es meliputi negara-negara Asia Tenggara.
Hal yang menjadi pertanyaan adalah mengapa dinamakan Sunda Land ?
Hal ini dijawab oleh Guru Besar Geologi Unpad Prof. Adjat Sudrajat dalam acara diskusi “Reinventing Sunda” di Hotel Salak, Bogor tahun 2010.
Menurut Adjat,
‘Sundaland’ adalah nama pemberian dari Portugis. Penamaan ini dilakukan oleh para pembuat peta dari Portugis. Ketika Portugis berlayar ke Timur sampai ke Indonesia, mereka membuat Peta.
Di kala itu, Pulau Jawa dikuasai oleh Kerajaan Sunda sehingga semua wilayah tersebut disebut ‘Sundaland’.
Pembuatan Peta ini adalah untuk tujuan ilmiah, untuk perkembangan ilmu Geografi di Eropa.
[ terpenting adalah bagaimana caranya supaya khususnya Urang Sunda bisa kembali mendapatkan ‘Peta’ dan semua manuskrip yang dulu dimiliki oleh Kerajaan Sunda.
Sekarang pasti ada tersimpan apik di negara Portugis, Inggris dan Belanda untuk menguak sejarah tersembunyi ‘Kebesaran dan Kejayaan Kerajaan Sunda Masa Lalu ]
Sa’at zaman es berakhir, permukaan laut naik. Hal ini disebabkan oleh mencairnya es-es di kutub dan pemanasan global.
20.000 tahun lalu, menjelang tenggelamnya ‘Sundaland’, terjadi banyak bencana Letusan Gunung Berapi, Gempa dan Banjir yang mengakibatkan para penghuni ‘Sundaland’ berhamburan ke Asia Daratan.
Peristiwa ini dinamakan “Out Of Sundaland”.
Pada akhirnya karena permukaan laut naik, maka ‘Sundaland’ tenggelam sebagian. Sisa-sisa dari ‘Sundaland’ yang tidak tenggelam adalah yang menjadi negara Indonesia, Malaysia, Singapura dan negara-negara lainnya yang berada di Asia Tenggara.
Hal ini mengingatkan saya dongeng dari nenek saya dahulu yang diceritakan menjelang tidur.
Dahulu dunia merupakan suatu pulau yang “Ngagebleg” menyatu.
Besar sekali, hingga terjadi pencairan es di kutub dan mengakibatkan permukaan air laut naik hingga 200 meter.
Pulau-pulau tenggelam, orang-orang mengungsi ke dataran yang lebih tinggi. Hal ini yang menyebabkan adanya kesamaan suku orang-orang yang mendiami Asia Tenggara karena berasal dari nenek moyang yang sama.
Yaa, saya tidak menyadari dongeng tersebut hingga 15 tahun setelahnya saya menemukan ‘Sundaland’ dalam percandaan grup kelas saya di Whatsapp. Lawakan itu menunjukan gambar peta geografis ‘Sundaland’ dengan kata-kata,
“Eh bayangin, ini satu benua ngomong Sunda semua.”
Maklum, bagi anak kelas saya bahasa Sunda merupakan bahasa yang lucu, terutama bahasa kasarnya dan modifikasi kata “anying” di hampir beberapa kalimat yang dikonversi lagi menjadi “ajigg”, “nying”, “anjir”, “njir”, “anjing” dan masih banyak lagi.
[ sangat masuk akal, kenapa bangsa Eropa terutama Inggris dan Belanda begitu ngotot ingin menguasai wilayah ‘Sundaland’ dan menyimpan data terkunci rapat di Leiden Belanda ]
Mungkin saja, penelitian yang serius tentang ‘Sundaland’, bisa terhubung dengan situs-situs lainnya seperti Gunung Wayang, Atlantis dan hal-hal besar lainnya.
Who Knows?
From the great heaven towards the great earth, the future will take care of itself.
Cimahi, Minggu, 5 April 2020
- Rizal CJI
No Responses