banner 728x90

‘Shoum’ Berbeda Arti & Makna Dengan Puasa !

‘Shoum’ Berbeda Arti & Makna Dengan Puasa !

Sarapan, bagi orang Indonesia terutama yang tinggal di Pulau Jawa wajib kiranya mengawali hari dengan sarapan, minimal minum teh manis.
Sarapan adalah santap pagi, makanan pertama yang dikonsumsi di pagi hari setelah bangun tidur dan sebelum memulai aktivitas.

Analoginya, sarapan ibarat bahan bakar untuk tubuh yang dibakar melalui metabolisme sehingga menghasilkan energi dan tenaga untuk menunjang aktivitas kita dalam menjalani hari.
Biasanya di Indonesia, banyak varian dan alternatif pilihan untuk sarapan. Banyak penjual sarapan di Indonesia mulai dari tukang bubur, tukang nasi kuning, lontong kari, lontong sayur dan masih banyak lagi.

Dalam Bahasa Inggris, saparan dinamakan ‘breakfast’. Breakfast berasal dari kata ‘break’ yang artinya mengakhiri dan ‘fast’ yang berasal dari kata fasting yang berarti puasa (tidak makan).

Mengapa ?

Karena bagi orang barat, aktivitas tidur merupakan kegiatan puasa. Dimana mereka beristirahat dan tidak makan untuk waktu yang lama, bisa 6 – 8 jam. Jadi aktivitas makan pagi atau sarapan bagi mereka adalah pelepas lapar dan dahaga setelah tidur, oleh karena itu diberikan nama ‘breakfasting’ atau lebih dikenal dengan kata ‘breakfast’.

Di Indonesia sendiri, ‘breakfast’ dan ‘breakfasting’ memiliki arti yang berbeda. Breakfast ya sarapan, santap pagi. Sedang ‘breakfasting’ sendiri maknanya beda dengan orang barat, sebab mayoritas warga negara Indonesia adalah Muslim, maka terbiasa dengan perayaan bulan puasa atau bulan Ramadhan.

Pada bulan ini ummat Islam melakukan kegiatan puasa, salah satu Rukun Islam untuk menahan lapar, haus dan hawa nafsu dari matahari terbit hingga matahari tenggelam. ‘Breakfasting’ di Indonesia adalah ungkapan yang digunakan untuk menyatakan buka puasa, berakhirnya kegiatan puasa di suatu hari. Biasanya digunakan untuk memberikan selamat ke sesamanya dalam menunaikan buka puasa.

[ penting diketahui, sangat berbeda makna antara ‘shoum’ ummat Islam dengan ‘puasa’-nya bukan ummat Islam (contoh puasa agama Hundu), apalagi dengan ‘breakfast’ dan ‘breakfasting’ nya orang Barat. Sangat jauh beda, karena orang barat tidak mengenal adanya puasa yang berlatang belakang ibadah ]

Sebenarnya cukup dengan bahasa Indonesia “Selamat Berbuka Puasa”, tetapi entah kenapa bangsa Indonesia sering kali dalam dirinya merasa lebih gaya jika mengucapkan suatu ungkapan atau sesuatu dengan bahasa Inggris, termasuk dalam mengucapkan selamat berbuka puasa dengan “Happy Break Fasting”.

Mungkin karena bangsa Indonesia masih memiliki mental ‘inlander’ atau mental orang jajahan.
Hal ini disebabkan karena bangsa Indonesia dahulu dalam sejarahnya pernah lama dijajah oleh bangsa Eropa, sehingga bisa mahir menggunakan bahasa Eropa menjadi suatu hal yang keren di Indonesia bahkan sampai hari ini.

[ lebih tepat menggunakan kata atau istilah
‘Shoum’ dan ‘Buka Shoum Bersama’ karena ‘Shoum’ sangat berbeda arti dan makna dengan puasa dan ‘breakfasting’ ]

Bisa juga pendapat saya salah, mungkin saja ini hanya rangkaian sebab akibat dari menghilangnya batas-batas baik batas negara, budaya, teknologi dan sebagsinya efek dari globalisasi.

Globalisasi adalah proses integrasi internasional yang terjadi karena pertukaran pandangan dunia, produk, pemikiran dan aspek kebudayaan lainnya. Globalisasi saat ini semakin mudah berkembang karena berkembangnya teknologi, baik dari jaringan, internet dan telekomunikasi.
Di era ini semua negara dituntut untuk saling bekerja sama dan terbuka terhadap sesamanya.

Kadang sempat terbesit di pikiran andai kata globalisasi menuntut semua negara untuk saling terbuka artinya seluruh negara di dunia menjadi satu (bagian) negara, tanpa batas negara dan lain lain, jadi pergi ke negara lain tidak perlu mengguankan paspor.

Tetapi tetap saja, pada akhirnya semua negara ingin melindungi rakyat dan negaranya. Kebijakan ekonomi dan perdagangan internasional yang mempengaruhi export dan import dari pemerintah dunia tentu tidak bisa ditolak.

Satu hal yang pasti harus dilakukan oleh suatu negara yaitu mempersiapkan daya tempur produknya agar tidak kalah di pasar internasional dan membuat regulasi yang bisa melindungi produk dalam negerinya.
Globalisasi juga merubah pola penjajahan yang terjadi.

Dahulu penjajahan dilakukan dengan penaklukan dengan adu kekuatan dan senjata. Saat ini penjajahan cukup dengan mempengaruhi pikiran lewat perang ‘mindset’.
Sebab orang yang dipengaruhi pikirannya itu juga bisa dikatakan dijajah, ya kan ?

Hal ini cukup dilakukan dengan internet dan smartphone yang bisa menguasai fisik, pikiran dan psikis banyak orang, kasarnya dininabobokan.

Mengapa ?

Tujuan utamanya adalah agar lupa pada hal yang seharusnya dipikirkan dan dikerjakan.
Jutaan orang tidak menyadari bahwa hingga hari ini lebih dari 14.006.450 hektar lahan subur di Indonesia sudah menjadi lahan kritis.
Generasi milenial yang katanya adalah generasi pewaris peradaban sudah kehilangan warisannya.

Sudahkah siap untuk bangkit dari penjajahan era moderen dan menciptakan ‘Indonesia Emas’ yang digaung-gaungkan oleh pemerintah ?

Semoga saja.

Cimahi, Selasa, 31 Maret 2020

-Rizal CJI

banner 468x60

Subscribe

Thanks for read our article for update information please subscriber our newslatter below

No Responses

Tinggalkan Balasan