Apakah Bangsa Indonesia Perlu Sekolah dan Kuliah Supaya Jadi Maju, Makmur Sejahtera ?


Hari ini semua tidak ada
Dulu waktu saya dan seluruh orang yang (hari ini) telah berumur 50 tahun ke atas masih sekolah.
Dalam kondisi sakit sekalipun memaksakan diri masuk sekolah supaya punya predikat sebagai murid/siswa/pelajar yang baik, teman suka dan guru sayang.
Bagaimana hari ini ?
Seluruh orang yang punya status siswa/pelajar dan mahasiswa harus libur dan belajar di rumah karena wabah virus corona.
Apakah gara-gara sekolah dan kampus wajib libur (tutup atau hilang ?) serta merta bangsa Indonesia jadi bodoh dan terpuruk ?
Terbukti, bangsa Indonesia tidak mengalami hal seperti itu.
Hari ini hal terpenting bagi pemerintah pusat dan daerah adalah berusaha keras dengan berbagai macam cara supaya pertemuan yang melibatkan banyak orang batal, gagal dan tidak terjadi.
Bagi masyarakat yang terpenting adalah selama diam di rumah tetap punya uang supaya tetap bisa beli makanan, minuman atau pangan dan bisa hidup.
Khusus bagi para pengusaha adalah bagaimana even musibah atau bencana wabah virus corona ini menjadi keuntungan besar bagi perusahaan bisnis miliknya.
Urusan masyarakat dan pemerintah rugi dan kesulitan, bukan hal penting.
Apakah sekolah dan kuliah masih penting dan menjanjikan ?
Saya berani katakan tidak.
Sekitar sepuluh tahun yang lalu, sekelas ITB (kebanggan warga Bandung, Jawa Barat dan Indonesia) baru bisa wujudkan secara resmi SBM-ITB yang jelas-jelas menggarap SDM tahun 2003.
Artinya baru bisa mengajarkan resmi tentang entrepreneur kewirausahaan (usaha mandiri) pada mahasiswa sejak tahun 2003 (pasca reformasi).
Hal ini jadi bukti bahwa selama ini terutama sistem pendidikan nasional bangsa Indonesia hanya mengekor dan meniru negara-negara Eropa dan Amerika Serikat yang tidak bermanfa’at bagi kemajuan dan kedaulatan serta kemakmuran bangsa dan negara Indonesia.
Lulusan perguruan tinggi atau sarjana (S1,S2 dan S3) hanya dibutuhkan dan diperlukan untuk mengisi perusahaan, industri dan korporasi yang menguntungkan negara Eropa, Amerika Serikat dan negara maju lainnya.
Think about it !
Sebelum lulus SMA/K dan PT, seluruh anak bangsa menjadi tanggungan orang tua dan beban negara.
Setelah lulus sekolah dan jadi sarjana, usia sangat produktif untuk bekerja, semua bekerja jadi buruh dan karyawan perusahaan swasta dan asing.
Mereka jadi kaya raya dan berkuasa.
Semua jadi budak dan mengabdi pada pemilik perusahaan/majikannya.
[ namanya buruh/karyawan/jongos/budak/pembantu tidak pernah ada yang bisa kaya, apalagi menyamai tuannya ]
Seluruh tenaga, ide dan gagasan, waktu dan hidupnya hanya untuk perusahaan dan pemiliknya.
Setelah pensiun dan habis masa produktifnya, kembali jadi tanggungan keluarga (mayoritas) dan jadi beban negara.
So, kita dan negara dapat apa ?
Pemerintah berhutang kepada negara asing dan lembaga keuangan internasional untuk membangun sekolah dan perguruan tinggi (kampus).
Kemudian mendanai biaya sekolah dan kuliah.
Setelah mereka lulus menjadi abdi (pegawai/buruh/karyawan) perusahaan swasta nasional dan asing.
Para pemilik perusahaan kaya raya, sementara karyawan/buruh/pegawai ripuh dan menderita.
Uang mereka (para pengusaha) gunakan untuk memperbesar perusahaan dan investasi dimanapun.
Hasilnya mereka simpan di bank luar negeri.
Di Indonesia mereka ngemplang (teu mayar) pajak.
[ apa guna dan manfa’at untuk negara dan bangsa Indonesia ? ]
Mereka dapat uang dari bank hasil dari hutang pemerintah.
Mereka yang menikmati dan pemerintah termasuk seluruh bangsa Indonesia yang harus bayar.
Para pengusaha pemilik perusahaan dari dulu sampai sekarang tidak pernah punya niat sedikitpun untuk memajukan bangsa Indonesia, kecuali demi kepentingan dia sendiri dan keluarganya serta kroninya.
Sejak Soeharto berkuasa mereka menguasai 90% lebih roda ekonomi Indonesia.
Hanya 10% diperebutkan oleh ratusan juta penduduk dan warga negara Indonesia.
Bagaimana hari ini dan dimana mereka ?
Hari ini mereka tetap berkuasa walau era kejayaan mereka telah tumbang secara ‘de yure’.
Secara ‘de facto’ mereka telah bermutasi (berubah wujud) jadi pemimpin dan pemilik partai politik.
Mereka jadi anggota DPR RI, Menteri, Gubernur, Bupati dan Walikota.
Tujuan mereka yang utama belum terwujud yaitu menjadi Presiden Republik Indonesia.
” Jadikan Anak Bangsa Buta Sejarah.
Sekolahkan dan Kuliahkan Mereka Kemanapun,
Tapi Beri Mereka Asupan Sejarah dan Info Palsu, Bohong & Sesat.
Supaya Seluruh Anak Bangsa Tak Peduli Lagi Pada Tanah, Air dan Udaranya ! “
Bandung, Sabtu, 21 Maret 2020
Muhammad Zaki Mubarrok
Citizen Journalism Interdependen
No Responses