banner 728x90

“Do Not Panic Guys !”

“Do Not Panic Guys !”

Apa guna ‘Uang’, ‘Duit’ atau ‘Hepeng’ banyak kalau makanan tidak ada

Ketika situasi panik terjadi, maka segala hal yang tidak masuk akal dan tidak logis bakal dilakukan dan terjadi.

Uang yang ada di Bank semuanya diambil secara beramai-ramai oleh para nasabahnya.
Terjadilah ‘rush’ istilah perbanknya rush money artinya penarikan dana bank oleh pihak ketiga atau masyarakat secara masal.

Apa akibatnya bagi bank bila terjadi rush money ?

Begitu rush money terjadi, maka bank bakal meminjam dana dari bank lain (pinjaman antar bank, bunganya sangat tinggi) untuk memenuhi kebutuhan masyarakat/pihak ketiga/nasabah.

[ kalau yang terjadi hanya satu bank saja, it’s ok ]

Bila terjadi seluruh bank harus melakukan itu, sedangkan uang tunai tidak ada (sebagian besar bank pake untuk dana pembiayaan), maka Bank Indonesia harus turun tangan melakukan likuiditas dan akhirnya BI harus meminjam kepada IMF (Bank Dunia).

Itulah yang terjadi pada tahun 1998 penyebab kolapsnya puluhan bank di Indonesia dan jatuhnya Soeharto.

Hari ini bila masyarakat ‘mawa karep sorangan’ karena panik bertindak sendiri, maka kejadian ini bakal terulang kembali.

Mungkinkah ?

Sangat mungkin terjadi karena dua hal ;
Pertama bangsa Indonesia hari ini sangat konsumtif (tinggi tingkat konsumsinya) akibatnya sangat tergantung pada bank.

Kedua bangsa Indonesia sangat lemah kemandirian ekonomi sektor rilnya.
Dunia Pertanian/Perkebunan Rempah/Peternakan/Perikanan secara masal ditinggalkan oleh sebagian besar masyarakat Indonesia.

Akibatnya tidak punya kemandirian dan ketahanan pangan.
Semua sangat bergantung pada impor (pasokan dari luar negeri).

Bangsa Indonesia beralih dari sektor pertanian ke industri dan jasa.
Cukup bermain di dunia maya/digital/virtual lewat internet dan gadget, titik.

[ hanya bicara masker saja sudah terjadi kekosongan barang dimana-mana, sesuai aturan ekonomi…permintaan tinggi – barang tidak ada – mahal ]

Bisakah harga bawang putih atau bawang merah atau cabe atau jahe bahkan jambu biji merah harganya Rp 1.000.000 per kilogram ?

Sangat bisa terjadi.
[ beras bisa tembus
Rp 10.000.000 per karung 25 kilogram ]

Bayangkan sendiri, bagaimana dengan 9 kebutuhan pokok lainnya dan bisa jadi pasta gigi dan alat cuci tangan harganya sama juga Rp 1.000.000 per biji ?

Masih mending, masyarakat bisa beli (hanya sebagian yang mampu).

Anggap saja setiap keluarga mempunyai uang minimal Rp 1.000.000.000 = Rp 1 M
tapi
Barang pokok dan bahan pokok sudah tidak ada di pasaran (pasar, warung dan mall), apa yang bakal kita lakukan ?

[ Syiria/Suriah pernah alami, terjadi ]

Bandung, Rabu, 18 Maret 2020

Muhammad Zaki Mubarrok
Citizen Journalism Interdependen

banner 468x60

Subscribe

Thanks for read our article for update information please subscriber our newslatter below

No Responses

Tinggalkan Balasan