banner 728x90

Believe It !

Believe It !

Saya Percaya, bahwasanya handphone, ponsel, telepon genggam, telepon seluler, hp atau apapun istilah lainnya merupakan alat penguasaan.

Menguasai apa ?

Manusia dan segala isinya, percayakah anda ?

Jadi, ponsel mulai berkembang sejak 1970 an, itupun masih menggunakan operating sistem (OS) Symbyan dengan layar ketik. Fungsinyapun masih sangat sederhana, menelepon, mengirim pesan singkat (SMS) dan bermain game meskipun sederhana.

Zaman terus maju dan berkembang. Fungsi, model, bentuk dan merek ponsel semakin beragam. Ada fitur memutar musik, menyimpan gambar, membuat memo, radio, TV dan yang paling canggih kala itu kamera, meskipun masih kamera belakang dan megapixelnya kecil.
Lalu berkembang lagi menjadi layar sentuh. Saya meyakini konsep layar sentuh/touchscreen diadaptasi dari konsep warteg.

Kenapa warteg >>>> ?

Di warteg, makanan disimpan dalam etalase yang hanya bisa dijangkau dari sisi penjual. Pembeli datang, melihat dan menyentuh kaca menunjuk makanan yang dipesan. Makanan lalu diambil pelayan dan ditata ke atas piring. Setelah semua pesanan terpenuhi, makanan disodorkan ke kita untuk dikonsumsi.

Konsep ini sama seperti di ponsel layar sentuh, kita memilih aplikasi yang kita butuhkan/inginkan, lalu menekannya, lalu ponsel membawa anda ke dalam isian aplikasi yang anda tekan.
Sangat mudah, tidak repot menggunakan keyboard/ keypad.

Ternyata, dunia semakin maju. Revolusi Industri dan Internet of Things (IOT). Dahulu internet merupakan peralatan tempur untuk persiapan perang setelah Perang Dunia.

[ lebih setelah terjadi ‘perang dingin’ antara Amerika Serikat beserta sekutunya Versus Uni Soviet atau Rusia beserta kubunya ]

Diciptakan oleh NASA, Lembaga Antariksa Amerika Serikat.

Hasilnya, setelah dipublish, internet mempunyai kegunaan sebagai persenjataan militer dan juga sebagai komersil. Alhasil, internet di komersilkan.

Internet saat ini sudah berkembang pesat seiring dengan perkembangan teknologi di ponsel. Ponsel saat ini sudah mempunyai banyak aplikasi yang sangat memudahkan kehidupan manusia, seperti aplikasi ojek online, electronic money, e–commerce, video call dan masih banyak hal lagi.
Dari sisi hiburan pun menjadi sangat berkembang, sosial media dan game semakin lama semakin banyak dengan fitur berbagai rupa.

Ya, orang-orang akan berkata bahwa ponsel dan internet merupakan kombinasi yang memudahkan manusia.

Menurut opini saya, kemudahan-kemudahan tersebut menciptakan konsumerisme dan ketergantungan akut.
Alasan mengapa saya berkata ponsel dan internet merupakan alat penguasaan, sebab menciptakan ketergantungan .

Apapun yang dikatakan ketergantungan, maka dampaknya seperti narkoba, apapun keadaanya pasti dikejar.
Percaya deh, andai kata kuota habis, lebih dari 50% orang Indonesia yang memiliki ponsel dan internet bakal panik dan berusaha sekuat tenaga agar bisa membeli kuota internet, apapun kondisinya, sampai pinjam uang sekalipun agar tidak off.

Setelah ponsel berkuota, internet bisa menyala, kembalilah manusia ke kondisi diam ‘anteng sorangan’ dengan ketawa-ketawa sendiri mungkin.
Aktifitasnya pindah berkala dari satu aplikasi ke aplikasi lain, melihat postingan instagram dan instastory, swipe teerrooos.
Nge game dari matahari terbit ampe matahari tenggelam, ngebisnis di lapak online ngebalesin chat konsumen ampe dini hari, jalan teerooos.

Sadarkah kita, semua aktifitas yang kita laksanakan dengan ponsel, berhasil menguasai mata kita. Mata kita senantiasa menatap layar posel secara konsisten dan intensif secara terus menerus, bahkan jika diakumulasikan bisa lebih dari 8 jam dalam satu hari.
Sambil berjalan, sambil duduk, sambil berbaring.

Hal ini juga menguasai telinga kita, sering orang yang sedang main hp kalo diajak bicara, ingin rasanya saya tampol pake sepatu.

Ndak fokus,
“Hah ?” , “Apa ?” , “Coba Ulangi ?” , “Tadi ngomongin apa ?”.

Bahkan untuk generasi muda yang kalo diminta tolongin, entah pura-pura ndak dengar entah ndak dengar beneran.
Kalaupun terdengar,
“iya sebentar, satu ronde lagi” , “iya sebentar, 5 menit”.

5 menit ndasmu, 5 menit ko rasa 2 jam, semprul.
Akhirnya permintaan tolong itu saya kerjain sendiri, biar begitu ada rasa ingin nampol atau minimal ngerampas tu HP, banting dan hal brutal lainnya.

Tetapi tidak saya laksanakan, sebab saya adalah manusia yang beradab, saya matikan aja ‘wi fi’ di rumah, mendadak semua orang berteriak,
“ko wi fi mati”, “woy ini siapa yang matiin wifi”.

Yaa saya colokin lagi, terus kura-kura dalam perahu, pura-pura ndak tahu.

Orang tua pun sama menyebalkannya, balik kerja langsung ‘nyo o’ HP, lihat postingan-postingan alay, di share ke grup wa keluarga, sering termakan hoaks, “Sebarkan, Jangan sampai berhenti di anda”, “Viralkan”, dll.

Sampah semua, saya itu pulang mau punya waktu yang berkualitas, bukan semua orang yang nunduk diem anteng main hp, alhasil ya saya ke tongkrongan dialog kebangsaan dan dialog kenegaraan sama teman yang bisa diajak bicara.

Sekian, saya percaya dan masih percaya bahwasanya ponsel itu alat penguasaan.

SEBARKAN, JANGAN SAMPAI TERHENTI DI ANDA.

Nggak deng, becanda, ambil saja hal yang positifnya buang yang negatifnya.

Bandung, Minggu, 8 Maret 2020

  • Rizal CJI
banner 468x60

Subscribe

Thanks for read our article for update information please subscriber our newslatter below

No Responses

Tinggalkan Balasan