banner 728x90

Clinomania

Clinomania

Di awal 2020, dunia diguncangkan dengan penyebaran virus Corona. Virus ini menyerang pernapasan dan bisa berdampak kematian.
Virus ini sudah menyebar dari Wuhan, China hingga ke berbagai negara di dunia. Penyebaran virus ini berhasil mempengaruhi perekonomian dunia, pariwisata terhenti, banyak negara dikenakan travel warning, bahkan yang paling parah berhasil menghentikan Umroh dari berbagai Negara.
Corona dan penyebarannya sudah mulai menjangkiti beberapa negara Asia Tenggara, salah satunya Indonesia.

Dunia semakin lama semakin sakit saja, penyakit-penyakit baru dan aneh mulai bermunculan. Penyakit baru ini ditularkan entah oleh bakteri, virus, hewan, udara dan lain-lain, serta memiliki nama yang aneh pula.

Di zaman kakek saya dulu, penyakit yang benar-benar dianggap penyakit hanyalah flu dan masuk angin, walau pun tidak diberi penanganan medis akan sembuh sendiri.

Nasihatnya,
“Lamun sakit ulah dirarasa.”

Jadi jikalau sakit, yaa jangan merasa sakit, itu adalah kekuatan pikiran, maka meski tubuh (fisik) sakit, asal psikis/fikiran kita sehat, maka fisik tidak akan terlalu merasakan dampak dari penyakit.

Dengan berkembang dan menyebarnya penyakit-penyakit baru, saya Rizal Ul Fikri pada hari Sabtu tanggal 29 Februari 2020 terkena penyakit yang bernama Clinomania.

Clinomania adalah keinginan mental yang ditandai dengan keinginan berlebihan untuk berada di tempat tidur, terutama pada cuaca dingin, kebetulan cuaca Kota Cimahi kala itu sedang lumayan dingin diiringi hujan San Siro.

Hujan San Siro adalah suatu penamaan oleh generasi 2000 an yang mengalami era playstation 2 dengan game sepak bola “Winning Eleven”. Setiap memilih Stadion San Siro untuk bertanding, yang mana merupakan kandang dari AC Millan pasti selalu hujan rintik-rintik yang tertiup angin dengan intensitas semi lebat.
Itulah yang terjadi di Cimahi pada tanggal 29 Februari sepanjang pagi hingga menjelang sore yang menyebabkan cuaca lumayan dingin.

Saya, bangun untuk melaksanakan sholat Shubuh pukul 5.00, lalu lanjut tidur lagi (ini tidak baik, sebaiknya jangan diikuti).
Saya baru bangun pukul 12.00 untuk mandi, makan dan melaksanakan sholat Zhuhur. Selepas itu, saya lanjut tidur lagi, hingga bangun pukul 17.00.

Saya melaksanakan sholat ‘Ashar yang sempat saya delay. Saya tetap terbangun hingga ‘Isya, lalu tidur lagi. Saya tidak mengerti, saya benar-benar tidak memiliki motivasi untuk menjalani hari. Tidak ada terlintas dalam benak saya untuk melakukan aktivitas yang berguna, entah olah raga, beberes atau hal lainnya.

Penyakit ini juga memberikan dampak secara sosiologis, saya tidak berkomunikasi dan bersosialisasi dengan orang lain nyaris seharian. Saya bisa saja kehilangan relasi dan koneksi, sebab saya benar-benar tidak berhubungan dengan orang lain baik secara fisik maupun secara virtual (saya ga main hp).

Kasur serasa memiliki magnet, tenaga yang saya keluarkan untuk bangun dan melangkah sangat berat, hingga membuat saya lelah dan kepala pusing, itu disebabkan karena saya kekurangan oksigen dan kurang minum air putih.
Hal ini menyebabkan pasokan darah ke otak kurang maksimal, jika terlalu sering kena clinomania bahkan bisa melemahkan otot.

Dalam bahasa fisika, ada yang dinamakan Hukum Newton 1. Sigma F = 0, artinya suatu benda akan tetap diam jika tidak ada suatu gaya yang memaksanya bergerak. Solusi dari penyakit ini adalah ‘Dipaksa Bangun’.

Bangsa yang maju adalah bangsa yang terbangun dan beraktifitas, bukan bangsa yang tidur.
Bagaimana bisa menjadi bangsa yang maju, jika generasi pemudanya dilemahkan (hanya) dengan tertidur terus. Untuk menjadi generasi yang maju, maju itu bukan urusan bisa atau tidak, tetapi perkara mau atau tidak mau.

Generasi yang tertidur harus bergerak dan dipaksa bergerak.
Bangun dan bergerak kemanapun.
Jadi jangan rebahan terus.

Bandung, Senin, 2 Maret 2020

  • Rizal CJI
banner 468x60

Subscribe

Thanks for read our article for update information please subscriber our newslatter below

No Responses

Tinggalkan Balasan