Generasi Milenial Harus Siap Menerima Akibat Penyusutan 4,4% Otaknya !

Kang Zaki
Kenapa saya mengharuskan setiap anggota CJI wajib punya tulisan minimal 100 buah ?
Sejak sebelum CJI resmi didirikan pada tanggal 24 Maret 2015 bertepatan satu bulan sebelum perhelatan Akbar Peringatan Konperensi Asia Afrika ke 60 tahun pada tanggal 24 April 2015 di kota tercinta Kota Bandung, tentu CJI sudah punya dokumentasi foto beberapa kegiatan.
Beberapa dokumen foto itu sangat beragam dari mulai even kota (lokal), provinsi (regional), pusat (nasional) sampai global (internasional).
Hanya saya yang selalu membuat tulisan apapun yang CJI ikuti dan liput, maka otomatis sangat sedikit jejak digital dalam bentuk tulisan.
Kedua, CJI belum punya media dan sarana untuk mengangkat semua hasil jerih payah liputan dari multi even yang diikuti, jadi praktis tidak ada satupun yang bisa dinikmati dan diketahui oleh publik.
Ketiga, CJI sama sekali tidak mempunyai dana apapun karena lahir bukan untuk mencari ‘profit’ duit dan penghasilan.
Sangat wajar tidak ada satupun media cetak, radio, elektronik, online maupun televisi yang mau mengangkat hasil karya CJI.
[ hasil karya ada 3 yaitu tulisan saya, foto-foto Dimas dan video wawancara plus hasil wawancara pada setiap even ]
Tragedi muncul yang mengakibatkan jejak digital dan hasil karya jurnalistik CJI hilang musnah.
Pertama, hand phone yang anggota CJI miliki sangat standar yang punya kapasitas sangat terbatas.
[ apalagi ‘hp’ saya sangat tinggaleun, tahun awal untuk ngakses internet saja tidak bisa…kekuatan saya hanya bisa nga-sms/aneh tapi nyata ]
Kedua, kamera pertama yang Dimas miliki (entah tahun berapa ?) itupun terbatas.
Ketiga, CJI tidak memiliki web, maka semua hasil liputan tersimpan di hp masing-masing, akibatnya begitu hp nya rusak atau hilang otomatis semua dokumentasi itu hilang musnah.
Biasanya anggota CJI setelah memori hp penuh, pasti dihapus tanpa kecuali.
Salah seorang anggota CJI Rivaldi bawa kamera besar milik bapaknya (yang suka dipake merekam acara pernikahan) merekam peliputan dialog dengan Dubes Jerman di Taman Film bawah jembatan Pasopati lebih popular disebut Taman Jomblo.
Luar biasanya, Alvy wawamcara langsung dengan Dubes Jerman, keren abis dan fenomenal bagi CJI karena menjadi hasil karya yang tidak ternilai.
Berita buruk terjadi, katanya hasil video wawancara tersebut musnah karena memori dalam kamera tersebut dihapus semua oleh bapaknya.
[ tidak ada yang bisa dilakukan lagi hanya bisa pasrah ]
Saya dari awal selalu bilang kepada Bunda dan Dimas supaya nyewa ‘bank data’ untuk bisa menyimpan ribuan data foto dan video.
Disamping CJI harus mempunyai website sendiri supaya bisa menyimpan data selamanya (?).
Seorang teman, Singgih namanya yang ngajari anggota CJI buat film di YouTube pernah cerita hasil foto dan video (dari beberapa wilayah di Indonesia) terpaksa puluhan ribu hasilnya (di atas 10.000) harus dihapus karena memori tempat menyimpannnya sudah over.
Ternyata, saya juga mengalami beberapa kali, karena ‘hp’ hilang, rusak dan di-install ulang, maka sudah lebih dari 20.000 foto dokumentasi multi even musnah plus ribuan video yang sangat jarang dan langka.
Apakah itu nasib atau takdir ?
Alhamdulillaah, hari ini CJI sudah memiliki website sendiri (tidak perlu ngemis ke media lain) dan medsos lainnya atas nama CJI, bukan atas nama yang lain.
Beberapa orang mulai dari orang awam, akademisi/intelektual, aktivis sampai ahli dan pakar media
Arief Suditomo (praktisi senior media televisi nasional & anggota DPR RI)
bertanya pada saya.
*Apa, mana dan dimana hasil karya jurnalistik CJI ?*
Tentu bukan jawaban verbal yang dibutuhkan, tapi berapa ribu tulisan anggota CJI yang telah dibuat dan di-share ke website CJI dan berapa ribu foto dan video yang telah dibuat dan di-share di medsos CJI.
Sebelum terlambat dan semuanya hilang dan musnah.
Insyaa Allooh seluruh anggota CJI yang bisa dan memaksakan diri membuat 100 tulisan/artikel selain menjadi jejak digital dan hasil karya jurnalistik pribadi, terpenting dan utama adalah supaya anggota CJI terhindar dari
*mengKerutnya Otak* kalian, semoga, aamiiin.
Bandung, Kamis, 23 Januari 2020
Muhammad Zaki Mubarrok
Citizen Journalism Interdependen
CJI
No Responses