Milenial dan Olahraga

Menjadi generasi milenial sangat dimanjakan dengan berbagai fasilitas yang ada di dunia, baik dunia nyata maupun dunia digital/maya. Hal ini membentuk ritme hidup generasi milenial yang sibuk dengan teknologi. Banyak waktu tersita untuk mengurusi banyak hal, dari yang penting hingga yang tidak penting. Urusan-urusan tersebut banyak dilakukan dengan gadget dan terjadi di dunia maya.
Milenial terlalu banyak menghabiskan waktu di dunia maya. Hal ini lumayan merusak fisik terutama organ mata, tubuh jarang digerakan dan olah raga jarang dilakukan.
Olah raga sebenarnya bukan merupakan hal sulit untuk dilakukan, namun yang sulit adalah mencari waktu untuk melakukannya. Kalaupun mencari waktu merupakan hal yang sulit, menemukan motivasi berolah raga ternyata lebih sulit lagi, apalagi di kultur budaya ketimuran yang cenderung kolektifitas, ndak ada teman yaa ndak berangkat.
Maka, selagi ada waktu, motivasi dan keinginan, olah raga bisa dilakukan.
Hal inilah yang dilakukan oleh M. Akmal Akhimulloh, Tsany Abbyuabyan, Agus Gunawan dan David Effendi. Mereka merupakan mahasiswa Politeknik Negeri Bandung Semeter 5 yang sedang menjalani Ujian Akhir Semester 5. Jadual ujian yang hanya terdiri dari beberapa jam memberikan banyak waktu luang untuk mahasiswa. Inilah yang dimanfaatkan oleh M. Akmal dkk untuk berolah raga pada tanggal 7 Januari 2020 di Gasibu, Bandung.
Mereka memilih olah raga lari sore ditemani langit senja Kota Bandung di Gasibu.
Gasibu merupakan lapangan terbuka milik warga Jawa Barat. Gasibu terletak di Jl Diponegoro Kota Bandung persis di depan Gedung Sate.
Lapangan ini memiliki trek lari sepanjang 400 meter.
Akmal dkk berhasil menempuh 10 putaran selama 1 jam, artinya jarak yang ditempuh setara dengan 4 kilometer. Dengan data ini, bisa membawa kita ke pertanyaan matematika di buku anak kelas 4 SD, berapakah kecepatan yang ditempuh Akmal dkk ?
Jawabannya adalah jarak dibagi waktu, artinya 4 kilometer dibagi 1 jam, maka hasilnya 4 km/ jam. Dalam 1 putaran penuh 400 meter artinya ditempuh selama 6 menit.
Yaa dengan perhitungan ini pelajaran matematika SD terasa sedikit bermanfaat.
Mengapa memilih olah raga lari ?
Olah raga lari merupakan olah raga murah meriah, tidak perlu bermodal banyak dan tidak seperti olah raga lain yang membutuhkan sarana prasarana.
Contohnya badminton membutuhkan raket, tenis meja membutuhkan bet, renang membutuhkan setelan renang dan biaya untuk membayar kolam renang. Futsal, sepakbola, basket dan voli membutuhkan bola dan sewa lapang, selain butuh lapang juga, tentu tidak bisa dilaksanakan sendiri dan membutuhkan banyak orang.
Olah raga lari adalah olahraga paling gak ribet, fleksibel, bisa dilakukan kapan saja dimana saja (asal ada niat), biayanya cukup murah, paling mahal juga Rp 3.000 rupiah untuk trek lari, kalaupun lagi defisit dan nggak nyimpan anggaran tetap bisa lari di komplek perumahan.
Tidak membutuhkan setelan yang aneh-aneh (khusus), menggunakan kaos dan celana pendek pun jadi.
Hal yang mungkin rada berat adalah urusan sepatu, tetapi gak terlalu ribet juga, sebab hampir semua orang mempunyai sepatu olah raga, gak sulit untuk mencari tempat meminjam. Lagipula hampir semua sepatu bisa dijadikan sepatu olah raga, tidak ada spesifikasi khusus asal nyaman wee menggunakannya.
Selain itu, olah raga lari juga bisa dilakukan oleh siapa saja, mau sendiri atau berkelompok, bisa.
TIdak ada aturan baku yang menyatakan peraturan tentang lari harus kecepatan berapa, jadi mau sprint maupun ‘jogging’ santai yaa ndak masalah, asal kuat wee.
Terakhir, pembelajaran dari olah raga manapun. Konsisten, artinya kalau mau hasil yang baik, maka harus dilakukan secara rutin (berkala), bukan intensif.
Hasil dari olahraga tentu saja membakar kalori, meningkatkan kemampuan fisik, menjaga kebugaran jasmani dan masih banyak lagi.
Untuk generasi milenial terutama, luangkanlah waktu, jangan terlalu banyak terpaku pada gadget, hingga lupa untuk mengurus kesehatan fisik.
Jangan sampai generasi milenial yang katanya gesit justru malah lamban karena tidak didukung oleh kondisi fisik yang baik/prima.
Jangan pula sampai kena branding “masih muda, tapi bandannya rapuh”.
Bandung, Rabu, 8 Januari 2020
-Rizal CJI
No Responses