banner 728x90

Masyarakat Adat Dalam Pengembangan Budaya Lokal Menuju Jabar Juara

Masyarakat Adat Dalam Pengembangan Budaya Lokal Menuju Jabar Juara

Budaya berputar abadi, membentuk peradaban.
Jika budaya bisa berkembang dan maju, maka peradabannyapun akan maju. Dalam urusan budaya, budayawan adalah garda terdepan dalam melestarikan nilai-nilai luhur dari suatu kebudayaan.

Pemerintah mem-back up dibawah dinas pariwisata dan kebudayaan. Jadi, secara teknis seharusnya pariwisata dan budaya bisa berjalan seiringan.

Secara rill, ada permasalahan dalam implementasi pariwisata dan budaya, ada juga permasalahan antara peran pemerintah dan budayawan dalam merawat budaya, terutama di Tatar Jawa Barat. Oleh karena itu, diselenggarakanlah acara *”Masyarakat Adat Dalam Pengembangan Budaya Lokal Menuju Jabar Juara”* di Bale Gede Alam Santosa Ekowisata Budaya Pasir Impun Kabupaten Bandung pada tanggal 24 Desember 2019.

Acara ini adalah pertemuan antara pemerintah, dalam hal ini adalah Gubernur Jawa Barat Moch. Ridwan Kamil dengan budayawan dan para Olot Masyarakat Adat Jawa Barat guna berdiskusi dan menyusun strategi dalam penyelesaian permasalahan budaya di Jawa Barat.

Eka Santosa selaku Duta Sawala BOMA Jabar menjadi tuan rumah yang memimpin acara. Sekaligus memandu acara Sawala Budaya berupa tanya jawab antara para Olot dengan Gubernur Emil.

Dalam implementasi pariwisata dan budaya, pariwisata selalu lebih dikedepankan, budaya tertinggal.

“Pariwisata dari pariwisata sajadah nepi pariwisata haram jadah aya, kabeh piduiteun”, ujar Ridwan Kamil.

Pariwisata haram jadah yaitu yang bersifat maksiat, ada pula yang merusak alam, air dihabisi, hutan rusak, masyarakat miskin. Oleh sebab itu, Pemprov Jabar berinisiatif memulai program penyelamatan hutan Jawa Barat yang akan dimulai di bulan Januari 2020 dengan penanaman 25 juta pohon.

Kenapa harus melakukan penanaman pohon ?

Sebab budaya berkaitan erat dengan lingkungan. Masyarakat adat, budayawan, orang yang mengerti budaya, jauh lebih mengerti bagaimana cara memanfaatkan alam. Manusia modern dewasa ini sangat jahat dalam memperlakukan alam, terutama para pemain di pariwisata yang mengeksploitasi alam atas nama pembangunan.

Dalam pidatonya, Ridwan Kamil memaparkan bahwa ada laporan dari dinas kebencanaan, jumlah laporan bencana yang terjadi di Jawa Barat selama satu tahun di 2019 ada 1700. Jika dibagi jumlah hari dalam setahun, maka rata-rata ada 3 bencana dalam 1 hari yang terjadi. 60% bencana yang terjadi adalah yang berurusan dengan masalah air.

Ridwan Kamil mengajak para Olot untuk ikut serta dalam Gerakan Penyelamatan Jawa Barat. Para Olot diharapkan bisa menjadi garda terdepan dalam menyebarkan nilai-nilai budaya dan ke’arifan lokal kepada masyarakat. Diakui atau tidak, nilai-nilai budaya sangat hebat dalam menjaga alam, bahkan dunia.

Dunia yang kita tinggali merupakan pinjaman dari generasi yang akan datang. Jangan sampai kita mengembalikan ke mereka dalam kondisi yang rusak.

Acara diakhiri dengan pemberian iket, baju pangsi, koja, bedog pondok, kujang dan kain ke Ridwan Kamil.

Ridwan Kamil pun diberi wejangan dan nasihat oleh Olot Abah Ilin Dasyah tentang makna filosofis iket dan Wa Ugis Suganda Amas dari Kebuyutan Cipta Gelar

Puncaknya, Ridwan Kamil diberikan gelar oleh para Olot “Lalaki Langit Lalanang Jagat”. Semoga Ridwan Kamil bisa mengimplementasikan segala masukan dan nasihat dari para Olot yang pada akhirnya Gerakan Penyelamatan Jawa Barat dapat terwujud.

Terakhir, ada nasihat dari Wa Ugis Suganda Amas
*”Gunung Gundul Dikaian*
*Lamping Gawir Awian*
*Legok Balongan*
*Lebak Sawahan*
*Tatar Imahan”*

[ Gunung Gundul Dikayuan/Dihutankan
Tebing Di(tanami) Bambu
Cekungan Di(jadikan) Kolam
Dataran rendah (jadikan) Sawah
Dataran (jadikan) Rumah ]

Bandung, Rabu, 25 Desember 2019
-Rizal CJI

banner 468x60

Subscribe

Thanks for read our article for update information please subscriber our newslatter below

No Responses

Tinggalkan Balasan