Acceptive Skill, Productive Skill

Dalam ilmu kebahasaan,
ada yang disebut “acceptive skill” dan “productive skill”.
*Acceptive skill* adalah kemampuan kita menerima input dari suatu bahasa, yaitu mendengarkan dan membaca. Mendengarkan musik dan tutur kata dengan telinga. Dan membaca suatu text, paragraf bacaan baik menggunakan mata maupun sentuhan (braile). Itu semua termasuk acceptive skill.
Penting untuk orang yang mau belajar bahasa asing untuk rajin membaca dan mendengarkan.
*Productive skill* adalah sesuatu yang lain, ini adalah kemampuan untuk memproduksi suatu bahasa. Entah berupa Omongan maupun Tulisan. Orang di belahan bumi bagian Barat (Eropa & Amerika) sangat ahli dalam tulisan dan Orang di belahan bumi bagian Timur (Asia) sangat ahli dalam omongan.
Dari semuanya, yang paling sulit adalah *menulis*. Menulis melibatkan semua panca indera yang kita miliki, apa yang kita lihat melalui mata (info visual), apa yang kita dengar melalui telinga (audio visual), apa yang kita cium melalui hidung, apa yang kita rasakan melalui permukaan kulit dan lain lain (intuisi, insting, perasaan/emosi).
Hal yang kita rasakan dengan indera dikombinasikan dengan informasi di otak tentang apa yang telah kita baca dan kita dengar lalu diracik sedemikian rupa dengan gaya penulisan. Setiap orang mempunyai gaya penulisan nya sendiri.
Kartini pernah berkata bahwa menulis adalah mengabadikan. Setiap orang ingin dikenang dan diingat, sedang tulisan mengabadikan. Tetapi hanya segelintir orang saja yang bisa menulis, dari segelintir orang tersebut jarang sekali ditemukan orang yang menulis secara konsisten.
Padahal kemampuan menulis sangat bermanfaat. Selain mengabadikan, tulisan membuat orang yang menulis semakin *pandai*. Sebab penulis harus membaca atau mendengar, mengalami atau bahkan membayangkan sesuatu untuk di tulis. Dan itu bukan hal yang mudah untuk dilakukan.
Karena sulit untuk dilakukan, maka kemampuan menulis dihargai sangat tinggi terutama di dunia akademik.
Di Polban, Dosen yang melakukan penelitian dan hasil penelitiannya ditulis sebagai artikel ilmiah bisa mendapat minimal 20 juta dari Kemenristekdikti.
Dosen saya Any Noor pernah bilang sering proposal penelitian dan hasil artikel ilmiahnya didanai lebih dari 100 juta.
Dan dari Polban sendiri, bagi dosen yang menulis artikel ilmiah setiap tahun diberi insentif sebesar 8 juta.
Jadi, *menulis* itu bermanfaat, kapan mau mulai menulis ?
#MulaiDuluAja
#SalamLiterasi
Cimahi, 15 November 2019
Rizal ~ CJI
No Responses