banner 728x90

Kenapa Ummat Islam Di Indonesia Miskin ? (Part2)

Kenapa Ummat Islam Di Indonesia Miskin ? (Part2)

Jelang detik kemerdekaan Republik Indonesia ummat Islam terpecah 3 yaitu :
1. Ummat Islam beraliran atau memilih bentuk kebangsaan, Nasionalis.
Tokoh politiknya Soekarno.
Tokoh ‘Ulamanya K.H. Hasyim Asy’ari & ormas
Nahdhotul ‘Ulama (NU).

2. Ummat Islam beraliran faham komunis mewujud jadi Partai Komunis Indonesia (PKI).
Tokohnya Sama’un (sahabat Soekarno waktu mesantren) & DN Aidit

3. Ummat Islam berfaham syari’ah (khilafah).
Tokohnya Karto Soewirjo (sahabat Soekarno waktu mesantren) & DI/TII.
Masyumi (mayoritas Muhammadiyah & Persis)

Bagaimana kondisi sosial-ekonomi ummat Islam ?

Tetap terpuruk, karena masa awal kemerdekaan bangsa Indonesia terus gonjang ganjing masalah politik.
Dalam suasana tidak aman damai tentu saja masyarakat khususnya ummat Islam tidak bisa bangkit dan membangun.

Puncak perseteruan itu meledak tahun 1965 yaitu terjadi peristiwa pembantaian perdana dalam sejarah NKRI, G 30 S PKI.

Tiga kubu besar militer (TNI) berebut kuasa :
1. Ahmad Yani cs (militer nasionalis)
2. Umar Dhani & Letkol Untung cs (militer komunis, PKI)
3. Soeharto kubu sendiri

[ sejarah mencatat Ahmad Yani cs diculik dan dibantai PKI, PKI dihabisi Soeharto…1966 demo perdana mahasiswa ]

Bagaimana kondisi ummat Islam pada masa Soekarno ?

Soekarno pimpin PNI.
DN Aidit pimpin PKI
Seluruh ummat Islam gabung di Masyumi.
[ kisruh karena muhammadiyah terlalu mendominasi, sedangkan Nahdhotul ‘Ulama (NU) sebagai pemasok anggota & suara mayoritas disisihkan, akhirnya NU keluar dan jadi partai sendiri…cikal bakal perseteruan panjang antara Islam Tradisional (NU) dengan Islam Modern/Pembaharuan Masyumi (Muhammadiyah & Persis)

Tahun 1955 Pemilu Perdana
PNI jadi pemenang.
NU jadi pemenang kedua, mengalahkan PKI dan Masyumi serta puluhan partai lainnya.

Ummat Islam mayoritas adalah tradisinal yang bergabung di rumah besar NU.
Pesaing NU adalah Soekarno (PNI) sebagai penguasa, jadi sangat jelas ummat Islam tradisiinal yang gabung di NU paling terpuruk, diserang oleh berbagai kubu baik dari PNI (penguasa), PKI juga dari sesama ummat Islam Masyumi.

NU punya tempat pendidikan sendiri yaitu pesantren.
Sedangkan Muhammadiyah punya sekolah sendiri dari mulai tingkat dasar sampai perguruan tinggi.
Otomatis yang banyak menduduki dan jadi pejabat di pegawai pemerintahan (negeri) dari pusat sampai daerah banyak dipasok oleh Muhammadiyah, hal ini sangat berpengaruh pada kebijakan, terutama bidang (fasilitas) pendidikan.
Ummat Islam Tradisional dan Pesantren tetap terpuruk, terutama pada masa Soeharto.

Bagaimana kondisi ekonomi pada masa Soeharto ?

Setelah Soeharto berhasil menggulingkan Soekarno dibantu CIA (balas budi menyerahkan Freeport), diambil kebijakan baru.
Soeharto mendirikan GolKar, menggabungkan seluruh partai Islam jadi PPP dan PNI cs digabung jadi PDI.

Ummat Islam Tradisional gabung di PPP dan tetap kritis pada Soeharto, maka keadaan ummat tradisional yang mayoritas gabung di NU makin parah.
Pesantren semakin dikucilkan dan dimarjinalkan terutama setelah NU dipimpin oleh Gus Dur K.H. Abdurrahman Wahid (cucunya pendiri NU, K.H. Hasyim Asy’ari).
Ekonomi ummat Islam terpuruk, karena mayoritas menjadi petani dan nelayan.
Titik puncsknya terjadi peristiwa paling kelam dalam sejarah ummat Islam yang menimpa NU yaitu para Kyai dan Guru Pesantren dibantai oleh Soeharto lewat peristiwa ‘Pembantaian Dukun Santet’.
Salah satu penyebab Soeharto dihujat oleh bangsanya sendiri.

Itu sebabnya nasib para petani dan nelayan (mayoritas ummat Islam tradisional) khususnya pada masa Soeharto sangat terpuruk dan dimarjinalkan.

Tidak ada penghargaan dan kebanggaan jadi petani dan nelayan.
Pendidikan diarahkan jadi pemasok bidang jasa dan keuangan.
Sedangkan sektor ril yaitu pertanian dan perikanan dijadikan pelengkap saja.

[ pada masa Soeharto secara besar-besaran lahan pertanian diganti jadi area industri, perkantoran dan perumahan ]

Bahkan anak emasnya Soeharto, Tommy berhasil menghancurkan ‘kejayaan terakhir rempah Nusantara’ cengkeh.
Nasib cengkeh sangat memilukan, padahal ini tanaman yang bisa ditanam rakyat dan masyarakat biasa, harga ambruk dan dibakar besar-besaran oleh masyarakat.

Semakin ‘benci’ tidak suka bangsa Indonesia khususnya generasi penerus jadi petani dan nelayan.
[ sampai sa’at ini terus terjadi ]

Kapan nasib ummat Islam tradisonal khususnya petani dan nelayan mulai diubah ?

Bandung, Jum’at, 27 September 2019

Muhammad Zaki Mubarrok
Citizen Journalism Interdependen
CJI

banner 468x60

Subscribe

Thanks for read our article for update information please subscriber our newslatter below

No Responses

Tinggalkan Balasan