7 Juta Mahasiswa Se Indonesia Pecah !

Masih adakah ‘Maha’Siswa ?
Para Pemoeda pra Kemerdekaan sungguh heroik dan berjiwa kesatria.
Melihat kondisi calon negara Republik Indonesia diambang ketidakpastian sebagai bangsa yang merdeka, cepat bergerak diluar nalar keformalan dan kewajaran.
Soekarno dan Hatta diculik oleh para Pemoeda dibawa ke Bantaran Sungai Citarum Rengas Dengklok Karawang.
Tujuan mereka hanya satu yaitu Soekarno dan Hatta dipaksa untuk membuat teks Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia dan mengumumkannya secepatnya dalam tempo yang sesingkat-singkatnya.
Andai para Pemoeda tidak bergerak cepat dengan penuh keberanian yang luar biasa, maka dipastikan
Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia
menunggu kesiapan segalanya.
[ bisa jadi nunggu sampai tanggal 17 Agustus 2045, supaya semuanya matang dan siap sempurna ]
Hari ini Rabu tanggal 2 Oktober 2019, kita semua seluruh rakyat Indonesia mengetahui dengan kasat mata baik lewat informasi yang ditayangkan media televisi, radio, koran dan layar ‘hp’ bahkan melihat langsung dengan mata kepala sendiri bahwa para Mahasiswa hanya bisa dan berani sebatas ‘demo’ saja.
Yang lebih parah lagi, sebuah fakta bahwa para Mahasiswa terpecah jadi tiga kubu yaitu :
1. Kubu yang benar-benar punya hati dan nurani demi kemajuan, kesejahteraan dan kedaulatan Bangsa dan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
2. Kubu yang benar-benar jadi ‘Mahasiswa Bayaran’, baik dibayar oleh para penguasa, pengusaha dan politisi dalam negeri maupun dari luar negeri.
Dalam prakteknya ada yang mati-matian bela dan perjuangkan calon presiden gagal Prabowo.
Ada yang bela kepentingan ‘Komunitas dan Gank Cendana’.
Ada yang bela kepentingan ‘HTI’, ‘FPI’, ‘Khilafah’ dan Timur Tengah.
Ada yang berjuang demi penguasa sipil dan militer (siapapun yang bayar) supaya tetap bisa jadi penguasa di dalam negeri.
[ ada di dua kubu besar antara Prabowo dan Jokowi ]
Ada juga yang berjuang mati-matian demi faham Komunisme.
Ada yang berjuang demi kepentingan bangsa asing dari Amerika, Eropa, Asia dll.
3. Kubu yang tidak masuk kemanapun dan tidak mau terlibat dengan siapapun.
Mereka tidak berbicara nasionalisme, komunisme, Islamisme maupun kapitalisme.
Hanya melakukan aktivitas rutin belajar dan kuliah, makan minum dimanapun, bercanda tawa dan hiburan.
Bagaimana kuliah cepat selesai, cari kerja dan penghasilan besar supaya hidup mapan, beranak pinak dan jalan-jalan.
Itulah yang hari ini sedang terjadi dan melanda 7 (tujuh) juta para mahasiswa di seluruh Indonesia, dari Sabang sampai Merauke.
Bagaimana nasib bangsa dan negara Indonesia pada tahun 2045, apakah masih tetap bersatu ?
Apakah masih berbentuk republik ?
Apakah masih berbentuk NKRI ?
Apakah masih bernama Indonesia ?
Bandung, Rabu, 2 Oktober 2019
By Muhammad Zaki Mubarrok
CEO CJI
Citizen Journalism Interdependen
No Responses