Karakter Jujur, Masihkah Diperlukan dalam Dunia Pendidikan ?

CJIInterd,Bandung
Pendidikan di negeri ini nampaknya sedang berkembang, hal ini terlihat dari berbagai kemajuan dalam bidang pendidikan itu sendiri.
Sebut saja seperti pembaruan sistem Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) dan komputerisasi pada pelaksanaan Ujian Nasional (UN) dan ujian sekolah lainnya.
Hal lain yang memicu atau memotivasi para peserta didik adalah adanya Kriteria Kelulusan Minimal (KKM), hal tersebut membuat para peserta didik mulai termotivasi untuk mendapat nilai tinggi. Namun ada efek negatifnya yaitu para peserta didik mencari jalan keluar dengan berbagai cara, termasuk yang melanggar aturan.
Oleh karena itu, tidak jarang untuk mendapatkan nilai yang tinggi para peserta didik berbuat curang seperti membuat contekan dan menggunakan kalkulator meski tidak di perkenankan menggunakannya dalam ujian, serta banyak peserta didik yang mencari kunci jawaban ujian.
Meskipun mereka tahu bahwa mencontek itu tidak baik, tapi mereka tetap melakukan kecurangan tersebut.
Kenapa para pelajar melakukan kecurangan ?
Mereka menganggap bahwa dengan nilai yang tinggi, mereka dapat di hargai oleh masyarakat dan masyarakat juga lebih menghargai siswa yang nilainya tinggi dibanding nilai yang rendah tanpa memikirkan bagaimana caranya siswa tersebut mendapatkan nilai tinggi seperti itu.
Masyarakat juga ikut bersalah, karena lebih menghargai pelajar yang punya nilai tinggi walau hasil curang & nyontek daripada pelajar jujur yang punya nilai rendah.
Maka dari itu banyak siswa yang mengerjakan ujian dengan jujur namun nilainya rendah merasa putus asa. Jangankan oleh masyarakat, bahkan oleh gurunya sendiri mereka tidak dihargai.
Mereka menganggap itu tidak adil.
Kejadian tersebut mensiratkan bahwa masyarakat khususnya perserta didik sangat berorientasi pada nilai, tanpa mempedulikan bagaimana caranya.
Sebenarnya hal tersebut kurang baik, karena masyarakat hanya akan melakukan sesuatu jika ada timbal baliknya saja.
Orientasi dan pola berfikir seperti inilah yang perlu di ubah dari sikap masyarakat itu sendiri, terutama peserta didik agar di kemudian hari mereka tidak melakukan hal-hal yang negatif dan tidak menutup kemungkinan berujung melakukan tindak koruptif atau lainnya.
Mengingat hal tersebut sangat berdampak kepada mental peserta didik.
Apa yang perlu di tingkatkan pada bidang pendidikan agar para murid tidak berorientasi pada nilai dan supaya murid terbiasa dengan perilaku jujur ?
Hal tersebut mungkin dapat di cegah dengan penerapan pendidikan karakter sejak dini di sekolah yang melibatkan peran serta para guru dan orang tua supaya membiasakan dan mengarahkan murid untuk selalu berperilaku jujur.
Orang tua jangan terlalu menekankan anaknya untuk mempunyai nilai tinggi (dengan cara apapun) dan selalu mengarahkan pada pendekatan agama agar terbentuk karakter agamis.
Dengan demikian perilaku kurang baik seperti mencontek dan berorientasi pada nilai dapat dikurangi atau bahkan dapat dihilangkan.
Namun hal tersebut nampaknya akan sulit dilakukan, tanpa adanya kesadaran dari masyarakatnya itu sendiri.
Hal ini tidak bisa di bebankan hanya kepada guru dan orang tua murid saja, namun perlu di sadari oleh peserta didik juga.
Semoga pembentukan karakter, khususnya berperilaku jujur dapat segera terwujud, aamiiin.
Oleh : Bayu Triwardani – CJI
No Responses